Bagikan:

JAKARTA - Australia mendakwa dua warga negaranya yang kelahiran Rusia dengan tindak pidana mata-mata, setelah diduga memperoleh informasi militer yang akan mereka serahkan kepada otoritas Rusia.

Pasangan suami istri tersebut telah berada di Australia selama lebih dari 10 tahun. Keduanya ditangkap pada Hari Kamis di rumah mereka di Everton Park, pinggiran utara Brisbane, menurut Kepolisian Federal Australia (AFP) dan Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO).

Wanita kelahiran Rusia tersebut, berusia 40 tahun, adalah seorang prajurit tentara yang bekerja sebagai teknisi sistem informasi di militer Australia (ADF) selama beberapa tahun, kata kedua lembaga tersebut dalam konferensi pers bersama pada Hari Jumat.

Ia menjadi warga negara Australia pada tahun 2016. Sementara, suaminya yang lahir di Rusia, berusia 62 tahun, seorang pekerja mandiri, memperoleh kewarganegaraan Australia pada tahun 2020.

"AFP akan menuduh orang-orang tersebut bekerja sama untuk mengakses materi Angkatan Pertahanan Australia yang terkait dengan kepentingan keamanan nasional Australia," kata Komisaris AFP Reece Kershaw, melansir CNN 12 Juli.

"Tidak ada kompromi yang signifikan," telah diidentifikasi dan tidak ada orang lain yang tampaknya terlibat, tambah Kershaw, meskipun ia mengatakan bahwa investigasi ini masih dalam tahap awal.

Pasangan itu muncul di Pengadilan Magistrat Brisbane pada Hari Jumat dan ditahan untuk menghadiri pengadilan berikutnya pada tanggal 20 September.

Polisi Federal Australia akan menuduh wanita itu pergi ke Rusia tanpa memberi tahu pihak berwenang Australia saat ia sedang cuti panjang dari ADF tahun lalu.

"Kami menuduh saat ia berada di Rusia, ia memberi tahu suaminya, yang tetap di Australia, tentang cara masuk ke akun kerja resminya dari rumah mereka di Brisbane," kata Kershaw.

"Kami menuduh suaminya akan mengakses materi yang diminta dan akan mengirimkannya kepada istrinya di Rusia. Kami menuduh mereka mencari informasi itu dengan maksud untuk memberikannya kepada pihak berwenang Rusia," terangnya.

Kershaw menerangkan, fokus utama penyelidikan adalah apakah informasi itu diserahkan kepada pihak berwenang Rusia. Jika ya, tuduhan tersebut dapat ditingkatkan menjadi spionase.

Penyelidikan akan mencakup bagaimana wanita itu memperoleh izin keamanan untuk mengakses materi ADF yang sensitif, dan bagaimana dia dapat melewati sistem untuk tampaknya melakukan perjalanan tanpa terdeteksi ke Rusia.

"Ada beberapa informasi yang menyesatkan dari pihaknya tentang di mana dia diduga berada dan negara mana," ungkap Kershaw.

Ini adalah pertama kalinya pelanggaran spionase digunakan sejak undang-undang baru diperkenalkan pada tahun 2018.

Dakwaan mempersiapkan pelanggaran spionase membawa hukuman maksimal 15 tahun penjara. Dakwaan yang ditingkatkan membawa hukuman maksimal 25 tahun penjara hingga seumur hidup.

Terpisah, Direktur Jenderal ASIO Mike Burgess mengatakan penangkapan tersebut menunjukkan kekuatan budaya keamanan nasional Australia, bukan kekurangannya.

"Ancaman spionase itu nyata. Banyak negara berusaha mencuri rahasia Australia. Kita tidak boleh naif dan tidak boleh berpuas diri," katanya.