JAKARTA – Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch. Bangun, menyoroti minimnya penelitian terkait dampak pemberitaan media terhadap individu, kelompok, maupun masyarakat. Hal ini disampaikannya dalam acara webinar bertajuk "Komunikasi: Media dan Kesehatan Mental" yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada Sabtu 6 Juli.
“Sayangnya di Indonesia, penelitian terkait hal ini masih kurang atau tidak menjadi perhatian di kalangan akademisi maupun masyarakat pers itu sendiri. Ke depan, perlu kerja sama antara kampus, masyarakat pers, dan pemerintah untuk lebih mendalaminya,” tegas Hendry Ch. Bangun.
Dampak Buruk Pemberitaan Media juga menjadi perhatian Dewan Pers, yang telah membuat berbagai regulasi untuk mengatasi masalah ini. Hendry menjelaskan bahwa salah satu langkah penting adalah menghindari pemberitaan yang dapat menjadi inspirasi bagi tindakan negatif seperti bunuh diri, menyediakan tempat penyembuhan trauma, dan mencegah isolasi keluarga pelaku atau korban dari masyarakat.
BACA JUGA:
Dudi Iman Hartono, MI.Kom., Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, juga menyoroti dampak buruk pemberitaan media terhadap kesehatan mental. Menurutnya, media massa tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga memiliki pengaruh signifikan terhadap cara masyarakat memahami dan menginterpretasi dunia.
“Media seringkali memperkuat atau menantang stereotip dan representasi tertentu tentang kelompok sosial, etnis, dan budaya, termasuk norma dan nilai yang mempengaruhi cara individu membentuk identitas mereka,” ungkap Dudi, yang juga pengasuh akun YouTube Kuliah Daring (www.youtube.com/@kuliahdaring).
Dampak Media Sosial terhadap generasi Z juga dibahas oleh Dr. Arie Suciyana Sriyanto, SSi., MSi. Menurut Arie, dampak negatif yang ditimbulkan antara lain meningkatnya kecemasan sosial, depresi, serta risiko melukai diri sendiri dan bunuh diri. “Kecanduan media sosial juga melahirkan tren yang disebut FOMO (fear of missing out). Ini merupakan gejala baru berupa ketakutan ketinggalan sesuatu atau takut tidak dianggap sebagai bagian komunitas,” jelas Arie.
Selain menghadirkan Ketua PWI Pusat Hendry Ch. Bangun, webinar yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana dan para guru dari berbagai daerah ini dibuka oleh Dr. Niken Restaty, MSi. Acara ini merupakan hasil dari kelas Event Management yang diampu oleh Riki Arswendi, MI.Kom.