Bagikan:

JAKARTA - Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Hari Senin mengatakan, pembatasan ketat Israel terhadap kedatangan bantuan ke Jalur Gaza membuat penyediaan respons kemanusiaan menjadi sangat sulit, jika bukan mustahil.

Hal ini disampaikan oleh juru bicara UNRWA Louise Wateridge dalam wawancara dengan British Broadcasting Corporation (BBC) tentang pembatasan masuknya bantuan ke Jalur Gaza dan diunggah ke akun X-nya.

Wateridge menjelaskan, pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas Israel terhadap kedatangan bantuan ke Gaza membuat penyediaan respons kemanusiaan menjadi "sangat sulit, jika bukan mustahil."

"Kami membutuhkan akses yang dapat diprediksi untuk dapat mengirimkan bantuan yang menyelamatkan nyawa ke Gaza," tegasnya, melansir WAFA 1 Juli.

Menggambarkan penderitaan tim bantuan di Gaza, Wateridge berkata, "Kami berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari otoritas Israel untuk masuk dan mengirimkan bantuan, dengan tujuan untuk memastikan keselamatan tim kami dan keselamatan bantuan pada saat yang sama," ujarnya.

"Kami memiliki dokter dan perawat yang bekerja di Gaza, tetapi apa manfaat kehadiran mereka ketika obat-obatan tidak tersedia karena pembatasan ketat Israel?" tandasnya.

Diketahui, konflik terbaru Hamas-Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, saat kelompok militan yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menyebabkan 1.200 orang tewas dan 250 orang disandera, menurut perhitungan Israel, dikutip dari Reuters.

Terpisah, otoritas kesehatan Gaza pada Hari Senin mengonfirmasi, jumlah jiwa warga Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 37.900 orang, sementara 87.060 orang yang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.