Bagikan:

JAKARTA - Kepala badan pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) mengatakan pada Hari Selasa, kekacauan terjadi di Jalur Gaza saat gerombolan penyelundup terbentuk dan menambah kesulitan dalam pengiriman bantuan.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan, pengiriman bantuan menjadi "sangat menyakitkan", menyuarakan kekhawatiran kondisi seperti itu akan memengaruhi upaya untuk melawan risiko kelaparan yang tinggi yang dikonfirmasi oleh laporan pemantau kelaparan global pada Hari Selasa.

"Pada dasarnya, kita saat ini dihadapkan dengan kehancuran hukum dan ketertiban yang hampir total," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini kepada wartawan, menyalahkan sebagian peningkatan geng yang menyerang truk bantuan dengan harapan menemukan rokok selundupan yang disembunyikan di antara pasokan bantuan, dilansir dari Reuters 26 Juni.

"Semakin rumit (untuk mengirimkan bantuan)," tambahnya.

Lebih jauh Ia mengatakan, polisi setempat menolak mengawal konvoi bantuan karena takut dibunuh, tambahnya, sementara pengemudi truk kemanusiaan sering diancam atau diserang.

Di antara tantangan lainnya, Ia menyebutkan hampir kekeringan pasokan bensin yang menyebabkan armada kendaraan UNRWA terhenti pada Hari Senin.

Israel diketahui memeriksa pengiriman bahan bakar ke Gaza dan telah lama menyatakan ada risiko pengiriman tersebut dialihkan ke Hamas.

"Kita membutuhkan bantuan yang berkelanjutan, bermakna, dan tidak terputus di Jalur Gaza jika kita ingin membalikkan situasi kelaparan," kata Lazzarini, seraya menambahkan lingkungan operasi tidak kondusif untuk melakukannya.

Israel mengklaim telah memperluas upaya untuk memfasilitasi aliran bantuan ke Gaza, menyalahkan lembaga bantuan atas masalah distribusi di dalam wilayah kantong Palestina tersebut.

Didirikan pada tahun 1949 setelah perang Arab-Israel pertama, UNRWA menyediakan layanan termasuk sekolah, perawatan kesehatan primer, dan bantuan kemanusiaan di Gaza dan wilayah tersebut.

Awal tahun ini, 16 negara menghentikan pembayaran kepada badan tersebut, setelah Israel menuduh beberapa staf UNRWA terkait dengan kelompok bersenjata Palestina.

Lazzarini mengatakan, semua, kecuali dua negara, Amerika Serikat dan Inggris, telah melanjutkan pendanaan setelah tinjauan atas kenetralan lembaga tersebut menunjukkan Israel belum memberikan bukti atas tuduhannya.

Saat ini, pihaknya memiliki dana yang cukup untuk membiayai operasional hingga akhir Agustus, tambahnya.