Bagikan:

KUPANG - Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang menyebutkan, hasil monitoring yang dilakukan selama ini menunjukkan bahwa terumbu karang di wilayah NTT masih aman atau tidak mengalami pemutihan akibat perubahan suhu air laut.

"Jadi kami sudah lakukan pemantauan ekosistem terumbu karang dan hasil pemantauan cepat kami dan pembersihan terumbu karang yang kami transplantasi, tidak kami temukan pemutihan secara masal," kata Ketua Tim Kerja Pelayanan Pemanfaatan BKKPN Kupang Muhammad Hilmi di Kupang, Antara, Jumat, 21 Juni. 

Hal ini disampaikan berkaitan dengan hasil pemantauan soal terumbu karang dampak dari kenaikan suhu air laut yang puncaknya sudah terjadi pada Maret dan April 2024 lalu.

Selain itu juga saat mereka melakukan pendampingan survei perhitungan neraca sumber daya laut yang ada di kawasan konservasi Laut Sawu, lalu di Kabupaten Rote Ndao, serta di bagian Timor kawasan konservasi Laut Sawu juga tidak ditemukan adanya pemutihan.

'Survei kami lakukan mulai dari perairan Pulau Timor seperti dari Naikliu sampai dengan sekitar perairan dengan Tablolong," ujar dia.

Untuk wilayah Kabupaten Rote Ndao, dimulai dari perairan Soti Mori sampai ke Nuseda Nembrala. Untuk wilayah tersebut walaupun tidak ditemukan pemutihan terumbu karang, namun sisa-sisa dari dampak bencana Seroja pada April 2021 lalu masih terlihat.

Terumbu karang di perairan tersebut rusak dan hancur, karena dampak siklon badai seroja tersebut.

Lebih lanjut Hilmi mengatakan bahwa proses pemantauan terhadap terumbu karang terus dilakukan,saat melakukan pendampingan neraca sumber daya laut.

Dia menambahkan bahwa pemutihan terhadap terumbu karang akan berdampak pada ekosistem ikan dan hewan laut lainnya.

Namun secara tidak langsung tentunya sumber daya ikan akan semakin menurun karena terumbu karang berperan sangat penting dalam siklus ikan dan habitat lainnya di laut.