JAKARTA - Tanaman pacar air merupakan tanaman herba semi sukulen. Tanaman itu dapat ditemui di seluruh dunia, terutama pada dataran tinggi di daerah tropis dan subtropis. Sentra utama keragaman genus pacar air terdapat di Afrika, Madagaskar, India, Sri lanka, Himalaya, dan Asia Tenggara.
Di dunia, spesies pacar ada sekitar 1.300 spesies dan sekitar 250 spesies antara lain ada di Asia Tenggara. Sedangkan, di Indonesia tanaman pacar air dapat dijumpai di seluruh pulau terutama di dataran tinggi.
Selain sebagai tanaman hias, pacar air juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bunga pacar air memiliki kandungan senyawa flavonoid, antosianin (cyanidin-3-glycoside), kaemferol, dan senyawa fenolik pada semua bagian tanamannya.
Manfaat dari kandungan senyawa tersebut digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan radang kulit, mengobati tulang patah, bisul, keputihan, tekanan darah tinggi, peluruh haid, rematik, sakit pinggang, sakit perut, hingga sakit kuning.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang melakukan kegiatan pemanfaatan tanaman pacar air untuk menghasilkan varietas unggul sebagai tanaman hias maupun bahan baku obat tradisional.
Peneliti Pusat Riset Hortikultura BRIN Suskandari Kartikaningrum mengatakan pihaknya berusaha menciptakan pacar air yang adaptif dataran rendah dan toleran suhu tinggi.
"Kami memilih pacar air karena jenis tersebut memiliki karakter yang diinginkan, yang dapat memperbaiki karakter dari Impatiens hawkeri yang tidak toleran suhu tinggi," ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu, 15 Juni.
Pada 2022 BRIN mulai melalukan kegiatan pemuliaan untuk mencari jenis impatiens yang toleran suhu tinggi (Impatiens platypetala) dengan melakukan eksplorasi ke Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan sekitar koridor Gunung Halimun-Salak Jawa Barat.
Peneliti menemukan satu pacar air dari Sulsel dan enam pacar air yang diambil dari koridor Gunung Halimun Salak. Setelah dilakukan uji lanjut yang dari Jawa Barat hanya terseleksi dua aksesi yang memiliki karakter toleran suhu tinggi.
BACA JUGA:
Adapun dua aksesi yang terseleksi tersebut digunakan sebagai tetua jantan untuk memperbaiki varietas yang sudah beredar pada masyarakat yang saat ini ternyata tidak toleran suhu tinggi dan tidak adaptif di dataran rendah.
Kegiatan perakitan varietas baru dimulai pada 2023 dan sekarang sudah menghasilkan sekitar 2.000-an klon. Dari 2.000 klon tersebut sudah terseleksi sebanyak 24 klon yang terseleksi secara tidak langsung untuk karakter toleran suhu tinggi.
“Sepuluh calon akan dijaring melalui kerja sama dengan pihak swasta untuk memilih tanaman yang disukai oleh masyarakat. Saat ini sedang dilakukan evaluasi kembali dan penanaman yang kedua kalinya di daerah Bogor,” kata Suskandari.
Dia mengungkapkan saat ini ada dua klon yang sudah didaftarkan sebagai kepemilikan yaitu varietas dengan nama Alifa dan Bella. Kemudian ada sekitar delapan klon yang akan menyusul untuk didaftarkan dan akan dirilis sebagai varietas baru.
"Sebagian lagi akan didaftarkan ke Kementerian Pertanian untuk perlindungan varietas tanaman," kata Suskandari.