Bagikan:

JAKARTA - Kantor berita Reuters, baru saja menerbitkan dokumen investigasi mengejutkan yang mengungkap program rahasia militer Amerika Serikat (AS) yang bertujuan menjatuhkan pengaruh China di Filipina selama puncak pandemi COVID-19. Operasi terselubung ini berupaya menyebarkan keraguan terhadap keamanan dan efektivitas vaksin serta bantuan medis lainnya dari China.

Melansir Reuters, Sabtu, 15 Juni, melalui akun internet palsu yang menyamar sebagai warga Filipina, propaganda militer AS berubah menjadi kampanye anti-vaksin. Mereka memposting hal negatif di media sosial tentang kualitas masker, alat tes, dan vaksin Sinovac, vaksin pertama yang tersedia di Filipina. 

Reuters pun mengidentifikasi setidaknya 300 akun di X (platform media sosial yang sebelumnya bernama Twitter), yang sesuai dengan program ini. Akun-akun tersebut dibuat pada pertengahan 2020 dan menggunakan slogan #Chinaangvirus (China adalah virus) dalam bahasa Tagalog.

Kampanye anti-vaksin militer AS disebut dimulai pada musim semi 2020 dan berlanjut di luar Asia Tenggara hingga pertengahan 2021. Mereka menggunakan akun palsu di berbagai platform untuk menakut-nakuti masyarakat di Asia Tengah dan Timur Tengah, khususnya Muslim, agar tidak menggunakan vaksin China. Salah satu strateginya adalah menguatkan klaim yang diragukan bahwa vaksin mungkin mengandung gelatin babi, sehingga dilarang menurut hukum Islam.

Program ini dimulai di bawah pemerintahan Donald Trump dan berlanjut hingga pemerintahan Joe Biden. Meskipun perusahaan media sosial sudah memperingatkan pemerintahan Biden, kampanye tersebut baru dihentikan pada pertengahan 2021. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika Serikat mengecam program ini karena membahayakan warga sipil demi keuntungan geopolitik. Mereka berpendapat bahwa kampanye tersebut justru bisa merusak kepercayaan publik terhadap program kesehatan pemerintah, termasuk vaksin buatan AS yang tersedia kemudian.