JAKARTA - Ribuan penduduk meninggalkan kota kecil Tila di Meksiko, melarikan diri dari teror selama tiga hari oleh sekelompok orang bersenjata lengkap dan meninggalkannya sebagai kota hantu, takut untuk kembali meskipun pasukan pemerintah sekarang berpatroli di jalan-jalan yang kosong.
"Sepanjang malam kami mendengar suara peluru berdesing," kata Maria, seorang penduduk kota Tila di Meksiko selatan, sekitar 140 mil (230 km) dari ibu kota Negara Bagian Chiapas, Tuxtla Gutierrez, melansir Reuters 12 Juni.
Pada malam tanggal 4 Juni, puluhan orang bersenjata lengkap tiba di Tila dengan truk dan mulai menembaki rumah-rumah, tempat usaha dan membakar gedung-gedung, kata saksi mata.
Seorang pria yang tidak menyebutkan identitasnya karena alasan keamanan mengatakan, orang-orang bersenjata kembali keesokan harinya dengan senjata berkaliber besar dan perlengkapan militer.
Seluruh penduduk Tila yang berjumlah sekitar 4.000 orang, memlih mengungsi dari rumah mereka. Sebagian naik bus pemerintah ke tempat penampungan terdekat, di mana banyak yang masih bertahan hingga saat ini, tidur di atas tikar di tanah.
"Kami tidak akan kembali," kata seorang pedagang berusia 60 tahun, yang menyebut dirinya sebagai Saul.
"Sampai kami tahu bahwa saat kami meninggalkan rumah, mereka tidak akan membunuh kami," tandasnya.
Belasan penduduk yang mengungsi dari daerah tersebut mengatakan, para penyerang, banyak yang menutupi wajah mereka dan beberapa di antaranya tampak di bawah umur, menjarah toko-toko, membakar mobil dan mencoba masuk ke rumah-rumah.
Rekaman setelah serangan menunjukkan kota yang masih sepi, jalan-jalan dipenuhi kendaraan yang hangus, jendela-jendela yang pecah dan lubang-lubang peluru.
Kekerasan di Tila berlangsung selama tiga hari hingga tanggal 7 Juni, ketika tentara tiba.
Pihak berwenang negara bagian sejak itu mengatakan sekitar 5.000 tentara telah dikerahkan ke daerah tersebut dan enam tersangka ditahan.
Jika Pemerintah menyatakan kekerasan di Tila disebabkan oleh sengketa tanah setempat, penduduknya mengatakan kelompok kejahatan terorganisasi telah lama memeras mereka dan akan menghukum mereka yang tidak membayar.
"Selama berbulan-bulan, siapa pun yang tidak membayar akan dibunuh," kata Maria, berbicara dari tempat penampungan di Yajalon, sekitar 20 mil (30 km) jauhnya.
"Mereka mengancam akan merekrut orang muda, memperkosa wanita dan itulah sebabnya kami pergi," ungkapnya.
Warga melaporkan meningkatnya kekerasan selama beberapa tahun terakhir, serta peningkatan perdagangan narkoba dan pemerasan.
"Mereka membakar kedua rumah saya," kata warga Tila lainnya.
"Kami menunggu pihak berwenang mengambil tindakan serius."
BACA JUGA:
Chiapas yang dulunya relatif tidak tersentuh oleh kekerasan geng, kini menjadi lokasi perang wilayah antara Kartel Generasi Baru Jalisco (CJNG) yang kuat dan Kartel Sinaloa, membuat orang-orang semakin banyak yang melarikan diri dari kekerasan dan pemerasan.
Diketahui, banyak kawasan Meksiko telah menjadi kota hantu karena orang-orang mencari perlindungan dari kekerasan geng, dengan mengajukan suaka di Amerika Serikat.
Presiden terpilih Meksiko Claudia Sheinbaum, yang akan mulai menjabat Oktober mendatang, berjanji untuk memerangi pemerasan di negara tersebut, tempat berkembangnya medan pertempuran antara kartel kriminal yang menyelundupkan narkoba sebagian besar ke pasar AS.
Dengan Pemerintah AS telah mendesak Meksiko untuk memberantas kejahatan narkoba lebih keras, Meksiko menekan Negeri Paman Sam untuk berbuat lebih banyak guna mencegah senjata api melintasi perbatasan selatannya.