Bagikan:

JAKARTA - Badan ketenagakerjaan Perserikatan Bangsa Bangsa pada Hari Jumat mengatakan, pengangguran di Jalur Gaza telah mencapai hampir 80 persen, sejak perang terbaru antara kelompok militan Palestina Hamas dengan Israel pecah pada Oktober 2023, sedangkan angka rata-rata pengangguran di Palestina lebih dari 50 persen.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam penilaian keempatnya tentang dampak perang terhadap ketenagakerjaan mengatakan, pengangguran di Jalur Gaza telah mencapai 79,1 persen, sementara di Tepi Barat telah mengalami pengangguran hampir 32 persen.

Angka-angka tersebut memberikan tingkat pengangguran gabungan sebesar 50,8 persen, kata badan itu.

"Ini tidak termasuk warga Palestina yang telah menyerah mencari pekerjaan," kata Ruba Jaradat, Direktur Regional ILO untuk Negara-negara Arab, melansir Reuters 7 Juni.

"Situasinya jauh lebih buruk."

Konflik terbaru Hamas-Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina melakukan serangan ke wilayah selatan Israel, yang diklaim menewaskan 1.200 orang dan 253 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel.

Sebagai tanggapan, Israel melakukan blokade, serangan udara dan operasi darat yang terus diperluas hingga saat ini di Jalur Gaza. Otoritas kesehatan setempat pada Hari Jumat mengumumkan, sekitar 77 orang warga Palestina tewas dan 221 lainnya terluka akibat serangan Israel 24 jam terakhir, dikutip dari WAFA.

Itu menjadikan korban tewas warga Palestina akibat seranga Israel sejak konfliknya pecah mencapai 36.731 orang dan 83.530 orang luka-luka. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.

"Bayangkan dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi ini, orang-orang tidak akan mampu mengamankan makanan untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka," kata Jaradat.

"Ini juga berdampak pada kesehatan mereka. Bahkan jika mereka punya uang, tidak ada rumah sakit yang dapat menampung situasi bencana di sana," lanjutnya.

Dalam hal ekonomi, produk domestik bruto (PDB) riil telah berkontraksi hampir 33 persen di wilayah Palestina sejak dimulainya perang, dengan perkiraan kontraksi sebesar 83,5 persen di Jalur Gaza dan sebesar 22,7 persen di Tepi Barat, menurut data yang diterbitkan oleh ILO.

"Di wilayah Palestina yang diduduki dan khususnya di Tepi Barat, penurunan pendapatan telah mendorong banyak keluarga ke dalam kemiskinan yang parah," kata Jaradat.