Bagikan:

YOGYAKARTA – Dalang pencurian Hajar Aswad yang terletak di sudut tenggara Kabah ternyata dalam sejarahnya terafiliasi dengan sebuah negara. Peristiwa tersebut bahkan diceritakan tidak hanya secara turun temurun namun dituliskan di berbagai kitab dan buku.

Tak tanggung-tanggung, pencuri batu Hajar Aswad tidak hanya melakukan perampasan, namun juga melakukan pembantaian terhadap jamaah haji yang kala itu melakukan ibadah. Lalu siapa sebenarnya mereka?

Dalang Pencurian Hajar Aswad

Di dalam kitab-kitab sejarah dikisahkan bahwa Hajar Aswad yang punya peran istimewa bagi umat Islam pernah dicuri yakni pada tahun 317 Hijriah atau sekitar 930 Masehi. Dalang pencuri Hajar Aswad dari Kota Makkah sendiri adalah kelompok Qaramithah yang kala itu kelompok tersebut dipimpin oleh Abu Thahir Sulaiman bin Abu Said al-Husain al-Janabi.

Kelompok Qaramithah sendiri memang cukup ditakuti kala itu. Mereka juga dikenal sebagai kelompok yang kerap berbuat onar. Bahkan masyarakat Makkah enggan untuk berurusan dengan mereka.

Dilansir dari situs Islamweb, perampasan itu terjadi saat Hari Tarwiyyah. Mereka melakukan teror di Tanah Haram dengan membantai para peziarah dan mengambil harta mereka, termasuk membawa Hajar Aswad.

Di situs NU Online dikatakan hal serupa, bahwa para sejarawan mencatat detil peristiwa tersebut di kitab-kitab, salah satunya adalah Ibnu Katsir dalam Al-Bidâyah wan Nihâyah. Ibnu Katsir misalnya yang menjelaskan bahwa kala itu yang jadi korban adalah jamaah haji dari Irak yang dipimpin oleh Manshur ad-Dailami.

Kelompok Qaramithah melakukan perampasan, pembantaian, dan membuang mayat di berbagai tempat seperti dikumbur di Tanah Haram, Masjidil Haram, bahkan dibuang ke sumur Zam Zam. Mereka diperlakukan tanpa hormat selayaknya jenazah Muslim.

Sedangkan pencurian Hajar Aswad sendiri juga dilakukan dalam perintah Abu Thahir. Ia dan yang lain mencoba merusak pintu Kabah, merobek kiswah, dan mencongkel Hajar Aswad dari Kabah lalu membawanya pulang dengan penuh kebanggaan karena menyimbolkan kemenangan.

Mendengar hal tersebut, pimpinan Kota Makkah membawa rombongannya untuk menyusul Qaramithah dan membujuk mereka agar mau mengembalikan batu tersebut dengan menawarkan seluruh harta benda yang dimiliki sang Amir.

Nasib berkata lain. Amir Makkah dan rombongannya justru dibantai habis-habisan dengan bengis oleh Abu Thahir dan rombongan Qaramithah lain. Sejak saat itu Hajar Aswad hilang dari Kabah selama 22 tahun lamanya.

Menurut penjelasan Ibnu Katsir, komplotan Qaramithah pada dasarnya adalah orang kafir dan zindiq. Menariknya lagi, Qaramithah berafiliasi dengan kelompok Fathimiyah yang kala itu punya kekuasaan di Afrika bagian selatan tepatnya Maroko. Kala itu Fathimiyah dipimpin oleh Abu Muhammad ‘Ubaidillah bin Maimun al-Qadah dengan julukan Al-Mahdi.

Al-Mahdi sendiri adalah orang Yahudi penjual emas yang bermigrasi ke Maroko. Saat imigrasi ia mengaku punya nasab ke Rasulullah dari kalangan Fathimiyah yang kemudian dipercaya oleh masyarakat setempat hingga berhasil mendirikan negara dengan pusat pemerintahan di Kota Sijilmasa, Maroko.

Saat masih menjadi pemimpin, banyak pihak yang melakukan kritikan terhadap perbuatan Qaramithah. Al-Mahdi yang geram kemudian mengirim surat kepada Abu Thahir dan meminta mereka agar mengembalikan Hajar Aswad.

Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan setelah 22 tahun di dalam genggaman Qaramithah yakni pada bulan Dzulhijjah tahun 339 H/ 908 M.

Saat ini wujud Hajar Aswad sudah berhasil kembali ke Makkah sehingga Umat Islam dapat kembali memuliakannya saat ibadah ke Makkah.

Itulah informasi terkait dalang pencurian Hajar Aswad. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.