Bagikan:

JAKARTA – Pengamat politik dari Universitas Diponogoro (Undip), Wahid Abdurrahman melihat Raffi Ahmad masih melakukan cek ombak sebelum memutuskan berkompetisi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jateng 2024 bersama Bupati Kendal, Dico Ganinduto.

Menurutnya, meski peluang untuk mendapatkan rekomendasi bersama Dico masih terbuka, hingga saat ini belum terlihat komitmen suami Nagita Slavina tersebut, apakah mau meluangkan waktu lima tahun dalam satu periode masa jabatan kepala daerah.

“Pilgub butuh figur berkomitmen. Apakah mungkin seorang Raffi Ahmad mau meluangkan waktu lima tahun di birokrasi. Memang, peluang diusung tetap ada, maka dari itu saya lihat Raffi masih cek ombak sekaligus mendongkrak figur Dico,” ujar Wahid, Minggu 2 Juni 2024.

Dia tak menampik bahwa dalam ajang pilkada faktor popularitas yang dimiliki artis ikut memegang peranan penting. Tapi, juga masih banyak pemilih yang melihat rekam jejak dan gagasan para figur yang berlaga di pilkada.

“Dalam pilkada popularitas menjadi salah satu aspek penting penentu kemenangan. Di sisi lain, sebagian pemilih tetap menjadikan rekam jejak sebagai referensi dalam memilih,” tambah Wahid.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengungkapkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan tanggal 15 hingga 21 Mei terkait calon di Pilkada Jateng 2024, popularitas Dico Ganinduto masih tertinggal dari tokoh lain seperti mantan Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen maupun Hendrar Prihadi.

“Sebanyak 52,1 persen responden mengaku mengetahui Taj Yasin Maimoen, 40 persen Hendrar Prihadi/Hendi, 38,1 persen Dico Ganinduto, 30,7 persen Yusuf Chudlori dan 29,5 persen Bambang Wuryanto,” terangnya.

Menurut dia, popularitas tokoh lima besar ini dipengaruhi oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan. Sebanyak 63,3 persen masyarakat perkotaan memilih Taj Yasin, 51 persen memilih Hendi, 47,8 persen menjatuhkan pilihannya ke Dico, 39,2 persen ke Gus Yusuf dan 37,1 persen ke Bambang Pacul.

“Setelah Ganjar Pranowo dan Gibran Rakabuming Raka tidak maju di Pilkada Jateng, belum ada lagi tokoh yang dikenal luas dan punya modal politik mumpuni di level provinsi. Semua tokoh masih punya PR fundamental untuk meningkatkan popularitas ke batas minimum calon kepala daerah yakni 75 persen,” tutup Adi.