Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah hari ini Kamis 19 Maret melemah begitu cepat, dan bahkan hampir menyentuh level Rp16.000 per dolar AS. Meski memang sedang dalam tren pelemahan dalam beberapa hari terakhir, rupiah hari ini melemah 4,53 persen terhadap dolar AS. Pelemahan terburuk di kawasan Asia hari ini.

Secara year to date, atau sejak awal januari 2020, pelemahan rupiah ke level Rp15.912 per dolar Amerika Serikat (AS) ini sudah melemah sebesar 14,76 persen. Peluncuran jatuh yang terhitung cepat, apalagi sejak adanya wabah COVID-19 yang menggerus keyakinan pelaku pasar untuk menyimpan aset-aset berisiko sepert rupiah.

Pelemahan hari ini bahkan menjadi yang terburuk dalam setidaknya sejak krisis moneter tahun 1998. Saat itu, rupiah tembus hingga Rp16.650-16.800 per dolar AS.

Meski tak separah rupiah, hari ini mata uang di kawasan Asia mayoritas melemah terhadap dolar AS. Di bawah rupiah, ada won Korea yang melemah 3,22 persen, disusul rupee India yang melemah 1,17 persen.

Kemudian yen Jepang melemah 0,94 persen, ringgit Malaysia melemah 0,91 persen, yuan China melemah 0,75 persen, dolar Taiwan melemah 0,59 persen, dan dolar Singapura melemah 0,30 persen. 

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra pelemahan rupiah sejalan dengan pasar keuangan global, di mana aset-aset berisikonya masih tertekan karena kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat pandemi wabah virus corona atau COVID-19.

"Selama penyebaran masih meningkat, lockdown masih terjadi, aktivitas ekonomi akan terganggu dan melambat. Sehingga pasar masih belum melihat stimulus yang ada sekarang bisa membantu memulihkan keadaan dengan cepat," ujar Ariston kepada VOI.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, penyesuaian aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik pasca meluasnya COVID-19 menekan nilai tukar rupiah sejak pertengahan Februari 2020.

"Berkurangnya aliran masuk modal asing akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, telah memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah. Hingga 18 Maret 2020, Rupiah secara rerata melemah 5,18 persen dibandingkan dengan rerata level Februari 2020, dan secara point to point harian melemah sebesar 5,72 persen," ujar Perry saat live streaming konferensi pers Bank Indonesia.

Bank Indonesia, kata Perry, terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Untuk itu, Bank Indonesia terus meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), pasar spot, dan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas," tutur Perry.