JAKARTA - Juru bicara penanganan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan, jumlah pasien yang meninggal dunia akibat virus corona atau COVID-19 mencapai 25 orang per hari ini. Rata-rata pasien yang meninggal karena adanya komplikasi dari penyakit yang sudah ada sebelumnya.
"Kalau kita perhatikan faktor yang lain maka hampir seluruhnya memiliki penyakit pendahulu dan sebagian besar adalah diabetes, hipertensi dan jantung kronis. Beberapa diantaranya ada penyakit paru," kata Yurianto dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube milik BNPB, Kamis, 19 Maret.
Selain akibat penyakit komplikasi, Yuri mengatakan pasien yang meninggal dunia tersebut kebanyakan adalah mereka yang berusia di atas 45 tahun ke atas.
"Beberapa kasus meninggal yang kita dapatkan adalah pada bentang usia sekitar 45-65 thn, ada satu kasus yang meninggal pada usia 37 tahun," jelasnya.
Update dari Jubir Pemerintah tentang Covid-19 Achmad Yurianto Konferensi Pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 #CoronaIndonesia #LawanCovid19 #Covid19 #StaySafeStayHome #SiapUntukSelamat #BelaNegara #PBUrusanBersama #IndonesiaTangguh
— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) March 19, 2020
Sementara itu, Yurianto menyampaikan, hingga hari ini, total pasien yang dinyatakan positif COVID-19 mencapai 309 kasus.
DKI Jakarta, kata Yurianto, masih menjadi penyumbang pasien terbanyak virus tersebut karena mencatatkan penambahan hingga 52 orang. Jika ditotal, sudah ada 210 orang yang dinyatakan positif dari wilayah ini.
Sementara untuk pasien yang sembuh saat ini, secara nasional mencapai 15 orang. Mereka dinyatakan sembuh setelah menjalani dua kali tes dan dinyatakan negatif.
BACA JUGA:
Yuri menambahkan, angka kematian di Indonesia akibat COVID-19 terhitung tinggi mencapai 8 persen.
"Total kematian 25 ini, kurang lebih adalah sekitar 8 persen dari total kasus yang kita rawat," kata Yurianto.
Meski masih tinggi, namun menurut dia, angka ini masih bisa terus berubah atau dinamis. Mengingat angka kasus positif dan pasien yang meninggal dunia masih bisa terus bertambah ataupun bergerak.
"Angka ini memang masih tinggi tetapi ini adalah anggka yang masih dinamis kerena setiap saat jumlah kasus baru akan bisa meningkat dgn cepat tapi kemudian mudah-mudahan tidak ada lagi kasus yang meninggal," ungkap dia.
Diketahui, dengan angka kematian mencapai 8 persen maka angka kematian akibat virus tersebut lebih tinggi ketimbang di negara lain yang terdampak seperti di Italia yang angka kematiannya hanya 7,2 persen; Iran 4,5 persen dan China 3,9 persen.