Bagikan:

JAKARTA - Pusat Teknologi Kapal Hidrogen di Universitas Nasional Pusan, Korea Selatan, mengharapkan kelanjutan implementasi proyek pengembangan kapal pengelola sampah laut bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. Nota kesepahaman (MoU) untuk pendirian dan pengoperasian Pusat Kerja Sama Teknologi Ramah Lingkungan Maritim Korea-Indonesia telah ditandatangani oleh kedua belah pihak pada Juni 2023. 

"Kami terus berkoordinasi dengan Indonesia untuk perkembangan selanjutnya," ujar Kepala Peneliti Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan, Kim Jeong-hyeon, kepada delegasi wartawan Indonesia di Busan, Jumat, 17 Mei.

Melansir ANTARA, Sabtu, 18 Mei, dalam pertemuan dengan delegasi wartawan peserta program “Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea” yang diselenggarakan oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia itu, Kim menyoroti keunggulan teknologi kapal bertenaga hidrogen untuk pengelolaan sampah laut—yang telah menjadi isu global.

Dengan mengembangkan kapal ramah lingkungan tersebut, nantinya sampah dan plastik di laut bisa disaring kemudian diolah untuk menjadi hidrogen atau sumber energi lain langsung di atas kapal.

Kapal tersebut ditargetkan dapat mengolah sampah laut hingga lima ton per hari, dan bisa beroperasi selama 100 hari untuk sekali masa jelajah.

“Nantinya kapal ini akan dibangun dan dioperasikan oleh KKP Indonesia,” kata Kim.

Dalam keterangan tertulis secara terpisah, Direktur Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan menegaskan upaya Korsel untuk mengubah paradigma penanganan sampah laut, yang bertujuan tidak hanya untuk memecahkan persoalan lingkungan tetapi juga membina hubungan yang lebih kuat dengan Indonesia.

Saat ini, Pusat Teknologi Kapal Hidrogen Universitas Nasional Pusan tengah membangun kapal pengolah limbah laut tersebut yang ditargetkan dapat mulai beroperasi pada 2026.

Berdasarkan data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China.

Setiap tahun terdapat 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola, dan 1,29 juta ton di antaranya berakhir di laut.