Bagikan:

JAKARTA - Jepang berencana menambahkan jenis spesies paus baru ke dalam daftar perburuan komersial, usai memutuskan untuk melanjutkan aktivitas tersebut setelah sebelumnya dihentikan selama lebih dari tiga dekade, kata juru bicara pemerintah Hari Kamis.

Jepang melanjutkan perburuan paus komersial di perairan teritorial dan zona ekonomi eksklusifnya pada tahun 2019, setelah menarik diri dari Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional (IWC).

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan, Badan Perikanan telah mengumpulkan pendapat dari masyarakat sejak Selasa mengenai rencana untuk mulai berburu paus sirip, meskipun ada kritik dari negara-negara anti perburuan paus dan kelompok konservasi, melansir Kyodo News 9 Mei.

Hayashi mengatakan, Pemerintah Jepang akan terus mempromosikan perburuan paus dan mengambil langkah-langkah diplomatik yang diperlukan.

"Paus adalah sumber makanan yang penting dan harus dimanfaatkan secara berkelanjutan, berdasarkan bukti ilmiah," kata Hayashi, dikutip dari Reuters.

"Penting juga untuk mewarisi budaya makanan tradisional di Jepang," jelas Hayashi.

Rencana terbaru pemerintah mengenai perburuan komersial mendapat kecaman dari kelompok konservasi.

fin whale
Penampakan kawanan paus sirip. (Wikimedia Commons/Hans Bernhard (Schnobby))

"Menargetkan paus sirip adalah praktik yang sangat merusak, karena membunuh bagian penting dari ekosistem laut untuk produk makanan yang tidak lagi diinginkan atau dibutuhkan oleh masyarakat," kata Lloyd Gofton, direktur pelaksana Blue Planet Society kepada ABC News.

Konsumsi daging paus di Jepang merupakan sumber protein yang terjangkau selama tahun-tahun kekurangan gizi setelah Perang Dunia II.

Konsumsi mencapai puncaknya sekitar 230.000 ton pada tahun 1962. Namun, paus dengan cepat digantikan oleh daging lain dan pasokannya telah turun menjadi sekitar 2.000 ton dalam beberapa tahun terakhir, menurut statistik Badan Perikanan.

Para pejabat Jepang ingin meningkatkannya menjadi sekitar 5.000 ton, untuk menjaga agar industri ini tetap bertahan. Ini menuai kritik dari Greenpeace.

"Pemerintah Jepang berbicara tentang perburuan paus komersial, hal ini sama sekali berbeda dengan perburuan subsisten tradisional yang dipraktikkan oleh masyarakat adat di seluruh dunia," kata kepala investigasi Greenpeace Australia, Nelli Stevenson.

"Masyarakat adat telah menyeimbangkan kepedulian terhadap lingkungan dengan cara-cara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan komunitas mereka selama beberapa generasi," sambungnya.

Sebelumnya, Jepang telah mengizinkan penangkapan spesies paus Bryde, Minke dan Sei. Badan perikanan mengatakan, Jepang menangkap total 294 paus Minke, Bryde dan Sei sepanjang tahun lalu.

Diketahui, Jepang sebagai anggota IWC menghentikan perburuan paus komersial pada tahun 1988.