Bagikan:

JAKARTA - Fenomena siswa melawan guru di sekolah menjadi perhatian yang mendesak.

Tidak lagi hanya sebagai otoritas tunggal dalam ruang kelas, guru kini harus menghadapi tantangan baru dari siswa yang lebih berani dalam mengekspresikan pendapat mereka.

Masalahnya adalah ketika hal tersebut memicu kebencian siswa terhadap gurunya dan menimbulkan dampak negatif misalnya siswa menjadi pemarah, mogok sekolah, nilai akademiknya turun, atau sulit diatur oleh gurunya. Fenomena seperti ini memberikan sedikit gambaran bahwa sebagian kecil pendidikan di Indonesia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Peristiwa siswa melawan guru baik secara langsung maupun melalui jalur hukum semakin sering terdengar.

Psikolog dari Profil Talenta Indonesia Yasinta Indrianti mengungkapkan, perilaku melawan guru ini juga didukung dengan karakteristik remaja yang sedang berada dalam masa pencarian jati diri, ingin rasa berkompetisi menunjukkan eksistensi tetapi terkadang tidak bisa menyalurkannya dengan tepat.

Untuk mencegah siswa melawan guru di sekolah, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, aman, dan mendukung.

Menurut dia, langkah yang dapat diambil yakni guru perlu membangun hubungan yang positif dengan siswa dengan menunjukkan penghargaan, empati, dan perhatian terhadap kebutuhan mereka.

"Komunikasi terbuka penting untuk membuka saluran komunikasi yang terbuka antara guru dan siswa. Siswa harus merasa nyaman untuk menyampaikan masalah atau kekhawatiran mereka," ujarnya kepada wartawan, Selasa, 30 April. 

Selain itu lanjutnya, memberikan siswa kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi siswa dapat memberikan mereka rasa memiliki terhadap lingkungan sekolah.

Memberikan pelatihan keterampilan sosial kepada siswa dapat membantu mereka belajar cara berkomunikasi dengan baik, menyelesaikan konflik secara konstruktif, dan bekerja sama dalam tim.

“Saat ini sudah seharusnya siswa diberikan aktivitas positif dengan dukungan guru, misalnya saja membuat kompetisi agar siswa dapat bersaing secara sehat,” paparnya.

Ada beberapa kompetisi positif agar siswa dapat menyalurkan ide dan bakatnya  dengan mengikuti beragam kegiatan.

Salah satunya mengikuti ajang Yupi Good Talent yang diadakan oleh Yupi Gummy setiap tahunnya.

Tahun ini, Yupi Good Talent  menjadi tahun ke-lima, dengan total peserta ribuan setiap tahunnya. Ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menginspirasi perubahan positif dalam budaya dan perilaku sehari-hari.

Yupi Good Talent merupakan ajang pencarian bakat untuk anak dan  remaja. Di sinilah,  anak-anak dan remaja Indonesia dapat menyalurkan  kreativitasnya dan mengekspresikan talenta positif dalam bidang seni yakni menyanyi, menari dan lainnya seperti story telling, gymnastic dan bermain musik.

Ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menginspirasi perubahan positif dalam budaya dan perilaku sehari-hari.

“Anak-anak dan remaja dapat menyalurkan energinya ke hal-hal yang positif dan kreativitas mereka menjadi prestasi yang bisa dibanggakan serta menginspirasi. Dengan mengikuti ajang kompetisi yang positif ini, sikap agresif siswa  terhadap gurunya dapat diminilisir. Ajang ini dapat  menyuarakan semangat positif dan ceria,” kata Promotion Manager PT Yupi Indo Jelly Gum, Addyono H. Koloway.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung, di mana siswa merasa dihargai, didengarkan, dan terlibat secara aktif dalam proses pendidikan mereka.