Bagikan:

JAKARTA - Hamas mengatakan bola berada di tangan Amerika Serikat dan tidak akan menyerah pada tekanan internasional, saat Negeri Paman Sam dan 17 negara lainnya mengeluarkan pernyataan bersama pada Hari Kamis, menyerukan pembebasan seluruh sandera dan mengakhiri krisis di Gaza.

Pernyataan itu ditandatangani oleh para pemimpin Amerika Serikat, Argentina, Austria, Brasil, Bulgaria, Kanada, Kolombia, Denmark, Prancis, Jerman, Hongaria, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Spanyol, Thailand dan Inggris.

"Kami menyerukan pembebasan segera semua sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza selama lebih dari 200 hari," kata sebuah pernyataan dari negara-negara tersebut, yang oleh seorang pejabat senior AS disebut sebagai sebuah bentuk kebulatan suara yang luar biasa, dikutip dari Reuters 26 April.

Ke-18 negara tersebut semuanya memiliki warga negara yang ditahan oleh Hamas, enam bulan setelah kelompok militan Palestina itu melancarkan serangan pada 7 Oktober di Israel selatan dan menewaskan 1.200 orang. Hamas diyakini masih menyandera 129 dari 253 sandera yang disandera pada 7 Oktober.

"Kami menekankan bahwa kesepakatan untuk membebaskan para sandera akan menghasilkan gencatan senjata yang segera dan berkepanjangan di Gaza, yang akan memfasilitasi gelombang bantuan kemanusiaan tambahan yang diperlukan untuk dikirim ke seluruh Gaza, dan mengarah pada berakhirnya permusuhan," kata pernyataan itu.

"Warga Gaza akan dapat kembali ke rumah dan tanah mereka dengan persiapan sebelumnya untuk memastikan tempat berlindung dan bantuan kemanusiaan," kata pernyataan itu.

Gagasan untuk pernyataan bersama ini muncul sekitar dua minggu lalu ketika penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan bertemu dengan sekelompok anggota keluarga sandera Gaza, kata pejabat senior AS.

Sementara itu, pemimpin senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters, pihaknya tidak akan terpengaruh oleh pernyataan tersebu, mengatakan Amerika Serikat perlu memaksa Israel untuk mengakhiri agresinya.

"Sekarang bola ada di tangan Amerika," kata Abu Zuhri.

Seorang pejabat senior Amerika, yang memberikan pengarahan kepada wartawan mengenai pernyataan tersebut, mengatakan ada beberapa indikasi kemungkinan ada jalan untuk mencapai kesepakatan mengenai krisis sandera. Tetapi, dia tidak sepenuhnya yakin.

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut namun mengatakan resolusi itu tergantung pada "satu pihak", yaitu pemimpin Hamas Gaza, Yahya Sinwar.

Terpisah, para pejabat Israel tidak segera mengonfirmasi atau mengomentari tawaran yang dirinci dalam pernyataan tersebut.

Juru bicara Pemerintah Israel David Mencer mengatakan kepada wartawan ketika ditanya tentang diplomasi penyanderaan, "Hamas-lah yang menunda-nunda" dalam mencapai kesepakatan.

"Hamas-lah yang terus meninggalkan meja perundingan. Hamas-lah yang menolak membiarkan rakyat kami pergi. Mereka harus dilepaskan sekarang juga," katanya.

Proposal mengenai sandera yang diajukan awal tahun ini menyerukan pembebasan sandera yang sakit, lanjut usia, dan terluka di Gaza sebagai imbalan atas gencatan senjata selama enam minggu yang dapat diperpanjang untuk memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan dikirim ke wilayah kantong tersebut.

Hal ini memungkinkan kembalinya warga Gaza tanpa batasan ke Gaza utara, kata pejabat itu.