Bagikan:

JAKARTA - Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador memutuskan hubungan diplomatik dengan Ekuador. Keputusan tersebut diambil setelah polisi melakukan penggerebekan di Kedutaan Besar Meksiko untuk menangkap mantan Wakil Presiden Ekuador Jorge Glas yang sedang mencari suaka politik di sana atas tuduhan korupsi.

Dilansir dari ANTARA, Minggu 7 April, Lopez Obrador mengumumkan keputusannya setelah polisi Ekuador memaksa masuk ke kedutaan di Quito untuk menangkap Jorge Glas yang telah tinggal di sana sejak Desember 2023.

Glas yang dianggap sebagai buronan paling dicari di Ekuador telah dihukum karena tuduhan suap dan korupsi. Selain itu, pihak berwenang Ekuador juga masih menyelidiki tuduhan lain terhadapnya.

Polisi menembus pintu luar markas diplomatik Meksiko di ibu kota Ekuador dan masuk ke teras utamanya untuk menangkap Glas.

"Ini tidak mungkin. Ini tidak masuk akal. Ini gila," kata Roberto Canseco, kepala bagian konsulat Meksiko di Quito.

"Saya sangat khawatir karena mereka bisa membunuhnya. Tidak ada alasan untuk tindakan ini. Ini benar-benar di luar batas norma," lanjutnya.

Ekuador mempertahankan keputusannya dengan menyatakan negara mereka adalah negara berdaulat dan tidak akan membiarkan penjahat tetap bebas.

Lopez Obrador menanggapi penangkapan Glas dengan menyebutnya sebagai tindakan otoriter dan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan kedaulatan Meksiko.

Menteri Luar Negeri Meksiko Alicia Bárcena di platform sosial X mengumumkan, sejumlah diplomat Meksiko mengalami luka-luka selama penggerebekan tersebut. Ia menegaskan, tindakan tersebut melanggar Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik.

Menurut konvensi tersebut, tempat-tempat diplomatik dianggap sebagai tempat yang tidak dapat diganggu gugat, dan pihak berwenang lokal tidak diizinkan untuk masuk tanpa izin dari duta besar.

Contohnya adalah kasus Julian Assange yang tinggal di Kedutaan Besar Ekuador di London selama 7 tahun karena polisi Inggris tidak dapat masuk untuk menangkapnya.

Bárcena menyatakan, Meksiko akan membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional dan meminta tanggung jawab Ekuador atas pelanggaran hukum internasional.