Bagikan:

JAKARTA - Ahli yang didatangkan tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Vid Adrison menjelaskan tingginya perolehan suara Prabowo-Gibran terjadi berkat penyaluran bantuan sosial (bansos) dan Presiden Joko Widodo.

"Kunjungan Jokowi efektif meningkatkan suara Prabowo pada 2024," kata Vid Adrison dalam sidang Mahakamah Konstitusi (MK), Senin, 1 April.

Vid menganalisis, dalam periode 22 Oktover 2023 hingga 1 Februari 2024, Jokowi berkunjung ke 30 Kabupaten/kota dan membagikan bansos 44 kali. Dalam kunjungan tersebut, 50 kunjungan Jokowi berada di Jawa Tengah.

Lalu, dalam perolehan suara Pilpres 2024, terdapat kenaikan dengan rata-rata 32 persen suara Prabowo-Gibran dibanding perolehan suara Prabowo pada Pilpres 2019.

"Ternyata memang ada kenaikan perolehan suara Paslon 02 yang cukup besar jika dibandingan dengan suara Prabowo pada Pilpres 2019 dengan rata-rata kenaikan 32 persen, minimum 6,3 (persen) maksimum 66,3 (persen)," ungkap Vid.

Pernyataan ahli tersebut senada dengan dalil permohonan tim paslon Anies-Muhaimin terkait tingginya perolehan suara Prabowo-Gibran disebabkan oleh ketidaknetralan Presiden Jokowi.

Anggota tim hukum Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto menyebut, salah satu intervensi yang dilakukan Jokowi untuk mendulang suara Prabowo-Gibran adalah penyalahgunaan bansos. Jokowi, kata Bambang, membagikan bansos pada wilayah-wilayah yang perolehan suara Prabowo perlu dinaikkan.

Hal ini disampaikan Bambang dalam sidang perdana sengketa Pilpres 2024 di gedung MK, Kamis, 27 Maret.

Bambang mencontohkan, ada 15 daerah di Jawa Tengah yang menjadi sasaran lokasi penyaluran bansos yang ternyata menghasilkan kenaikan suara untuk Prabowo-Gibran secara signifikan dalam Pilpres 2024 dibandingkan suara Prabowo di pilpres sebelumnya.

Contoh lain yang Bambang soroti adalah perolehan suara Prabowo-Gibran di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara yang juga menjadi sasaran titik penyaluran bansos, yakni sebesar 75,39 persen.

Sementara, dalam Pilpres 2014, suara Prabowo hanya sebesar 21,91 persen. Lalu, suara Prabowo di Pilpres 2019 hanya 9,01 persen.

"Setelah kunjungan dari Pak Jokowi ke beberapa tempat di beberapa daerah, kalau kita mengkategorisasi angka Pak Prabowo di 2014, 2019, dan 2024 di mana intervensi-intervensi kekuasaan terjadi, maka terjadi lonjakan yang luar biasa sekali," urai Bambang.