JAKARTA - Kasus pemalsuan bahan bakar minyak (BBM) masih terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Varian yang kerap dipalsukan belakangan ini adalah jenis pertamax.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan menyatakan jika tak mudah untuk membedakan pertamax asli dengan yang palsu.
"Kita tahu dibutuhkan keahlian khusus untuk memastikan pertamax itu asli atau palsu," kata Edi dilansir Antara, Minggu, 31 Maret.
Edi menjelaskan, pengungkapan kasus BBM palsu juga butuh kesabaran yang tinggi dan kehati-hatian agar operasi Kepolisian ini bisa membuktikan secara hukum.
Karena itu, Edi mengapresiasi keberhasilan Direktorat Tidak Pidana Tertentu (Tipiter) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang telah mengungkap pemalsuan pertamax.
"Kita melihat ulah pelaku selama ini meresahkan masyarakat. Pembeli 'kan membeli pertamax di SPBU tapi malah dapat yang palsu," katanya.
Dia mengatakan, pengungkapan kasus ini merupakan upaya Polri untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat menjelang arus mudik, balik atau perayaan Lebaran 2024.
Menurut catatan Lemkapi, jajaran Bareskrim Polri sejak setahun terakhir banyak mengungkap berbagai kejahatan. Mulai dari kejahatan narkoba kakap melibatkan Fredi Pratama, perdagangan orang, kejahatan siber hingga kejahatan perbankan.
"Semua itu dilakukan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada masyarakat," kata Edi.
Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Bareskrim Polri mengungkap kasus penjualan pertamax palsu dengan cara mengubah warna BBM jenis pertalite hingga menyerupai warna pertamax lalu dijualnya sebagai pertamax.
Harga pertalite yang seharusnya Rp10.000, tapi setelah diubah warna menyerupai pertamax dijual dengan harga Rp12.950 per liter atau sesuai harga pertamax saat ini.
Direktur Tipidter Brigjen Pol Nunung Syaifuddin di Jakarta, Kamis (28/3), mengatakan ada lima orang yang ditetapkan sebagai tersangka, dengan jumlah SPBU yang melakukan kecurangan ada empat di wilayah Depok, Jakarta Barat dan Kota Tangerang.
"Barang bukti yang kami sita sejumlah total dari empat SPBU ini ada 29.046 liter BBM pertamax yang diduga palsu di empat tangki pendam SPBU tersebut," katanya.
Perbuatan ini dilakukan pelaku sejak Januari 2023 sampai Januari 2024 dan para tersangka sudah mendapatkan keuntungan lebih dari Rp2 miliar.
Nunung mengimbau seluruh SPBU untuk untuk tidak mencari untung dengan cara curang menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Kepolisian memastikan akan melakukan penindakan jika menemukan ada SPBU yang berlaku curang.