BANGLI - Ribuan ekor ikan yang dibudidayakan warga di Keramba Jaring Apung (KJA) di beberapa titik di Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali, ditemukan mati.
Kematian ribuan ikan itu, tercatat milik 22 orang pembudidaya. Total sebanyak 11.950 kilogram ikan mati dengan kerugian petambak diperkirakan ratusan juta.
"Harga per kil gram di lapangan untuk ukuran ikan konsumsi Rp 25 ribu," kata Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, Bali, I Wayan Sarma saat dihubungi Rabu, 3 Maret.
Dia menerangkan, matinya ribuan ikan tersebut berawal dari perubahan warna air Danau Batur yang terjadi di beberapa titik, pada Minggu, 28 Februari.
Hal itu terjadi seiring hujan dan angin kencang di seputaran Danau Batur selama tiga hari berturut-turut, yang menyebabkanperistiwa letupan atau naiknya massa air (upwelling).
Letupan belerang yang terjadi menyebabkan, bercampurnya semua polutan dan membahayakan kehidupan biota di danau serta sulfat dan phosphor bersifat mengikat oksigen yang ada dalam air danau. Akibatnya kandungan oksigen dalam air danau di daerah sekitar letupan belerang menurun drastis.
Kemudian, keadaan itu membuat ikan berusaha untuk mendapat oksigen yang lebih banyak dan muncul ke permukaan. Ikan yang dipelihara dalam keramba atau jaring tentunya akan terbatasi pergerakannya untuk mendapatkan kualitas air dengan kandungan oksigen yang lebih baik dibandingkan dengan ikan yang hidup bebas di danau.
"Penyebabnya adalah fenomena upwelling, pengadukan antara air permukaan dengan air bawah danau. Air bawah danau naik dan menimbulkan belerang yang menyebabkan ikan mati," imbuhya.
Sarma menyebut fenomena itu terjadi setiap tahunnya diantara Bulan Januari dan Februari. Namun, tahun lalu 2020 tidak terjadi.
"Petani dan petambak ikan di sana mereka sudah familiar dengan kondisi seperti itu. Hanya sebelum (terjadi) kita terus mengingatkan kalau bulan Januari sampai Februari ini perkiraan fenomena itu. Sudah meraka hafal oleh karena itu mengatur penebaran," ujarnya.
"Saya sudah memberikan surat edaran bulan Januari yang lalu. Kalau memang perlu dilakukan panen lebih awal, iya lakukan panen lebih awal untuk mengurangi kerugian. Tapi, mereka spekulasi juga karena memang ini peristiwa tahunan tapi seperti tahun lalu tidak terjadi terlalu besar," sambung Sarma.
BACA JUGA:
Biasanya fenomena itu akan terjadi sekitar 4 hari. Namun, pada Senin, 1 Maret sudah tidak menyemburkan belerang.
"Sudah mulai normal, karena hujan mulai berkurang dan embusan angin kencang berkurang. Kemarin, kita sudah lakukan pendataan dan dua hari yang lalu kita melakukan pengukuran indikator air," ujarnya.
Di Danau Batur tercatat ada ratusa petani atau pembudiday adan 9.300 keramba jaring apung (KJA).
Kadis PKP mengimbau pembudidaya menunda menebar ikan dan memberikan pakan ikan secara terbatas atau secukupnya sampai dengan kondisi cuaca lebih baik.
Dinas PKP bakal melakukan kordinasi dengan instansi terkait termasuk dengan organisasi kelompok masyarakat serta Asosiasi Pelaku Perikanan (APP) untuk membantu menyebarluaskan informasi serta menginformasikan perkembangan di sekitar wilayah danau
"Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas air oleh Tim Posikandu Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli di beberapa lokasi letupan belerang," ujar Sarma.