Bagikan:

JAKARTA - Wabah demam berdarah yang melanda Argentina diperkirakan akan memecahkan rekor sebelumnya, mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas di Amerika Selatan, di mana cuaca yang lebih hangat dan basah telah menyebabkan lonjakan kasus.

Sejauh ini, lebih dari 120.000 kasus telah tercatat di Argentina pada musim 2023-2024, dengan sebagian besar kasus terjadi dalam dua bulan terakhir. Ini menempatkannya jauh di depan musim sebelumnya, yang merupakan rekor terburuk.

"Kami sedang mengalami wabah demam berdarah terbesar di Argentina," kata Mariana Manteca Acosta, direktur Diagnostik dan Investigasi di Malbran Institute dan spesialis penyakit menular, melansir Reuters 21 Maret.

"Ada 200 persen lebih banyak kasus dibandingkan waktu yang sama pada musim tahun lalu," sambungnya.

Terdapat 79 kematian sejauh musim ini di Argentina, menurut angka terbaru pemerintah.

Dalam sepuluh minggu pertama tahun kalender, terdapat sekitar 103.000 kasus demam berdarah, menurut data pemerintah, sepuluh kali lipat dari 8.343 kasus yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu, ketika puncak utamanya terjadi pada Bulan April.

Spesialis penyakit menular Eduardo Lopez, dari Rumah Sakit Ricardo Gutierrez di Buenos Aires mengatakan, musim ini hampir pasti akan menyusul tahun lalu.

"Dengan proyeksi seperti ini, kita akan melampaui tahun lalu," ujarnya.

"Kita masih punya waktu sepanjang bulan April, sisa Bulan Maret dan setidaknya 15 hari di Bulan Mei. Jadi kita akan melampaui 130.000 kasus. Tahun ini akan menjadi rekor," prediksinya.

Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) bulan lalu mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan kasus di seluruh wilayah, setelah tahun lalu mencatat jumlah kasus tertinggi dalam beberapa dekade.

Diketahui, gejala demam berdarah meliputi demam tinggi, sakit kepala, muntah, ruam kulit hingga nyeri otot dan sendi yang sangat parah, menyebabkan penyakit ini disebut demam "patah tulang".

Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan demam berdarah yang lebih parah, sehingga mengakibatkan pendarahan yang dapat berujung pada kematian.

Sebagian besar kasus biasanya terjadi pada akhir musim panas di belahan bumi selatan, yaitu pada Bulan Februari hingga Mei, ketika cuaca sering kali panas dan lembap. Namun tahun ini jumlah kasus yang lebih tinggi telah diamati pada awal musim.