Teka-teki Satu Keluarga Tewas Lompat dari Apartemen di Jakut, Polisi Libatkan Ahli Kinetis
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion/ Foto: IST

Bagikan:

JAKARTA – Adanya tali yang terikat pada kedua anak dalam peristiwa satu keluarga tewas usai lompat dari Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, masih menjadi pertanyaan besar. Polres Jakarta Utara hingga kini masih memecahkan teka-teki kasus tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion di hadapan wartawan pun belum dapat mengambil kesimpulan atas peristiwa tersebut. Dia mengatakan bahwa hingga kini kasusnya masih dalam proses penyelidikan.

“Kalau bunuh diri melompat pasti ada yang inisiasi. Lalu siapa yang menentukan? Nah ini pertanyaan penyelidikan ya. Siapa sih yang menentukan si ibu berpasangan dengan anak laki-laki. Kemudian si bapak berpasangan dengan anak Perempuan.” ujar Kombes Gidion, Senin, 18 Maret.

Untuk mengungkapnya, Polres Jakarta Utara akan berkoodinasi dengan ahli kinetis dan ahli forensik.

“Kita masih menunggu pemeriksaan. Yang pertama dari ahli forensik berkaitan dengan DNA, yang kedua berkaitan dengan psikologi forensiknya dan yang ketiga kemungkinan kita akan melakukan pemeriksaan terhadap ahli kinetis,” ujarnya.

Selain itu pihaknya juga sudah memeriksa 12 saksi dari pihak keluarga dan beberapa orang yang berada di lokasi kejadian. Namun, hingga kini, ia belum dapat menyimpulkan dari hasil pemeriksaan tersebut.

"Korban ini tertutup dengan keluarga lainnya bahkan sudah satu tahun tidak berkomunikasi dengan keluarganya," tutupnya.

Pemberitaan terdahulu, satu keluarga ditemukan tewas usai terjun bebas dari lantai 22 di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Sabtu sore, 9 Maret.

Tetangga korban yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, bila keluarga itu melompat diduga karena permasalahan ekonomi. Hal ini diperkuatnya setelah dirinya melihat ada orang tak dikenal (OTK) mendatangi mereka dan menagih utang.

“Saya pernah lihat orang tagih dia (korban). Orang namanya tagih utang, kan pasti ada sedikit kasar atau gimana kan. Dari situ saya tahu (karena) ekonomi,” katanya, Sabtu, 9 Maret, malam.

Terlebih, saksi juga menyebut keluarga itu kerap meminjam uang kepada dirinya. Namun, saat itu ia tengah tidak memiliki uang untuk meminjamkan kepada korban.

“Terakhir ini juga sering pinjam tapi kemampuan terbatas. Pinjam dicuekin (tidak dapat pinjaman). Pokoknya terakhir dia pinjam uang 20 juta. Buat modal usaha. Saya bilang terlalu besar kan,” ucapnya.