TANGERANG - Masjid Jami Kalipasir di Jalan Raya Merdeka, Sukasari, Kota Tangerang dikenal masyarakat memiliki sejarah panjang dalam menyiarkan agama Islam. Berusia 448 tahun, Masjid Jami Kalipasir masih berdiri kokoh dan menjadi tempat ibadah umat muslim masyarakat Tangerang.
Singgah sejenak untuk melihat arsitektur bangunan yang didominasi warna krem dan putih. Untuk bisa mengakses masjid ini, pengunjung berjalan dari area Pasar Lama Kota Tangerang dan masuk ke sebuah gang dengan ukuran kurang lebih 3 meter. Dari situ sudah terlihat atap masjid berwarna hijau.
Apabila pengunjung ingin masuk melalui Klenteng Boen Tek Bio, dalam jarak 10 meter pengunjung akan menemukan gang sempit dengan ukuran 1 meter. Masjid ini berdampingan dengan sejumlah makam. sehingga pengunjung pun bisa berziarah ke makam tersebut.
Ahmad Sjairodji selaku penasehat DKM Kalipasir mengatakan bila masjid ini berdiri sejak tahun 1576. Ketika itu tempat ini menjadi lokasi kediaman Ki Tengger Jati dari Kerajaan Galuh Kawali yang terletak di Sukabumi.
Ki Tengger Jati pun saat diperintahkan oleh gurunya menyebarkan agama Islam. Tibalah Ki Tengger Jati di sebuah aliran sungai, lalu menetap dan membuat gubuk kecil untuk tempat beribadah.
“Dia datang ke sini untuk menyebarkan agama Islam. Lalu dia bikin gubuk kecil, dan digunakan untuk beribadah,” kata Ahmad, Kamis, 14 Maret.
Gubuk yang ditempati Ki Tengger Jati untuk beribadah berdekatan dengan sungai, sehingga banyak masyarakat yang singgah di tempat tersebut.
BACA JUGA:
“Lama-lama yang tadinya hanya singgah, memilih untuk menetap. Itulah awalnya penyebaran Islam di Tangerang,” ujarnya.
Seiiring berjalannya waktu, masjid ini terus dikenal banyak orang. Bahkan para sultan dari kerjaan Islam banyak yang berdatangan. Bahkan salah satu ulama dari Persia pun pernah singgah di Masjid Kalipasir. Dengan tujuan yang sama yakni menyebarkan ajaran agama Islam ke daerah Banten.
"Tahun 1608 kedatangan dari Kerajaan Kahuripan Bogor. Masjid pun diperbesar,” ucapnya.
Lambat laun, Masjid Jami Kalipasir semakin diperhatikan warga karena menjadi tempat ibadah strategis. Masjid itu pun ditata dirapihkan oleh pengurus untuk diserahkan kepada putra Ki Tengger Jati, yakni Tumenggung Pamit Wijaya.
“Tahun 1671 barulah kepengurusan diserahkan ke putranya, Tumenggung Pamit Wijaya, dan kemudian berlanjut pada keturunan beliau," ungkapnya.
Singkat cerita, bangun ini terus berkembang hingga di era kepimpinan Kota Tangerang. Bangunan jni pun tercatat sebagai masjid bersejarah, Masjid Kalipasir.
Diceritakan pula, bahwa masjid ini juga sempat menjadi perlindungan masyarakat China Benteng pada tahun 1998.
Masjid yang berdampingan dengan klenteng Boen Tek Bio ini pernah menjadi persembunyian masyakat China Benteng di Kota Tangerang, tepatnya tahun 1998.
“Dulu saat tahun 1998, pas kerusuhan. Di sini pernah jadi persembunyian masyakat China Benteng,” ungkap Ahmad Sjairodji.