JAKARTA - Wabah virus corona alias COVID-19 sedang menjadi pusat perhatian dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Berbagai langkah pencegahan penyebaran virus tersebut dilakukan. Orang-orang yang berpotensi terjangkit COVID-19 pun terus dipantau. Sementara, untuk pasien yang sudah memperlihatkan gejala terjangkit pun segera ditempatkan di ruang isolasi.
Namun, di tengah upaya pencegahan penyebaran, seorang pasien positif Corona dikabarkan kabur dari ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan.
Juru Bicara (Jubir) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dr. Erlina Burhan menerangkan, pasien yang pergi itu berprofesi sebagai pelayan (waiters). Dia keluar rumah sakit secara diam-diam di malam hari, ketika kondisi sekitar ruang isolasi sepi.
"Keluar dari (rumah sakit) persahabatan tanpa kita ketahui, ini apakah dia kemudian dijemput (keluarga) dan di rawat di rumah sakit," ucap Erna di Jakarta, Jumat, 13 Maret.
Peristiwa ini terjadi sekitar pekan lalu. Meski, rumah sakit dijaga petugas keamanan, si pasien memanfaatkan kelengahan penjaga untuk pergi. Selain itu, kondisi ruang isolasi di rumah sakit ini tak dikunci. Kemungkinan ini yang membuat pasien gampang pergi meninggalkan rumah sakit.
Berdasarkan penelusuran sementara, alasan pasien itu kabur karena tidak mau ditempatkan di ruang isolasi bersamaan dengan pasien lainnya.
Erlina mengatakan, ruang isolasi ini sudah mengikuti standar World Health Organization (WHO) karena dilengkapi fasilitas atau teknologi tekanan kamar negatif untuk mencegah terjadinya penyebaran virus corona.
"Bahwa ruangan kami bertekanan negatif jadi untuk transmisi itu sangat-sangat kecil kemungkinan dan juga untuk pengembalian dan pencegahan infeksi itu disyaratkan tempat tidur berjarak minimal 2 meter dan itu dilakukan, Anda bayangkan ruangannya sehingga bisa 2 tempat tidur dengan jarak 2 meter, jadi itu sudah memenuhi kriteria," kata Erlina.
Erlina menambahkan, pasien yang kabur ini dipastikan positif COVID-19 dari laporan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Pasien tersebut dirujuk ke RSUP untuk mendapatkan perawatan intensif.
"Kami dapat dari Dinkes (dirujuk). Kata Dinkes begitu (Positif)," kata dia.
BACA JUGA:
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan, kaburnya pasien ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Tapi lebih jauh, dia menganggap, pemerintah lemah dalam menangani wabah corona di Indonesia. Mulai dari protokol informasi yang buruk serta tak ada penjelasan secara rinci terkait peran multistakeholder terkait upaya pencegahan virus ini.
Sehingga, ketika insiden seperti ini terjadi, instansi pemerintah seolah kebingungan dalam melakukan upaya yang tepat.
"Dalam kaitan wabah harus menjadi tanggung jawab pemerintah. Karena ada kesalahan komunikasi jadi penangannya pun tidak jelas," tegas Hermawan.