JAKARTA - Militer Israel mengatakan pada Hari Minggu, sebagian besar warga Palestina yang tewas pekan lalu ketika kerumunan orang yang berkumpul dekat konvoi bantuan di Gaza disebabkan terinjak-injak, sedangkan pejabat kesehatan setempat mengatakan, korban yang dibawa ke rumah sakit terkena amunisi kaliber besar.
Tekanan meningkat terhadap Israel atas kematian seratusan warga Palestina, dalam insiden yang di Jalur Gaza pada Hari Kamis, di mana massa mengepung konvoi truk bantuan dan tentara melepaskan tembakan, membuat beberapa negara mendukung seruan PBB untuk melakukan penyelidikan.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 100 orang tewas dalam insiden dini hari itu, sebagian besar dari mereka ditembak oleh pasukan Israel. Sebaliknya, para pejabat Israel telah menolak angka-angka yang diberikan oleh Palestina, namun belum memberikan perkiraan mereka sendiri.
Pada Hari Minggu, juru bicara utama militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengumumkan hasil tinjauan awal, mengulangi pernyataan Israel sebelumnya bahwa sebagian besar korban tewas terinjak-injak ketika massa menyerbu truk bantuan, dikutip dari Reuters 4 Maret.
Selain itu, "beberapa orang" menjadi sasaran ketika tentara menembaki orang-orang yang mendekati mereka setelah kejadian tersebut dengan cara yang menunjukkan adanya ancaman langsung, katanya, seraya menambahkan penyelidikan independen telah dibuka namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pernyataan Hagari menunjukkan, beberapa orang yang tewas terbunuh oleh tembakan Israel setelah tentara melepaskan tembakan peringatan awal, namun dia tidak memberikan rincian atau angkanya.
"Setelah tembakan peringatan dilepaskan untuk membubarkan penyerbuan dan setelah pasukan kami mulai mundur, beberapa penjarah mendekati pasukan kami dan memberikan ancaman langsung kepada mereka. Menurut tinjauan awal, tentara membalas terhadap beberapa orang," jelasnya.
Sementara itu, Muatasem Salah, anggota Komite Darurat Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan ada lebih dari 1.000 korban, tewas dan terluka, akibat insiden tersebut dan dia menolak temuan tinjauan Israel.
"Setiap upaya untuk mengklaim bahwa orang-orang menjadi martir karena kepadatan penduduk atau tertabrak adalah tidak benar. Yang terluka dan menjadi martir adalah akibat ditembak dengan peluru kaliber berat," katanya kepada Reuters.
Terpisah, Giorgios Petropoulos, kepala sub-kantor Koordinator PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Gaza, yang mengunjungi rumah sakit Shifa di Gaza pada Hari Kamis dan Minggu mengatakan, dia telah melihat "ruang gawat darurat yang sangat besar dan penuh sesak" di rumah sakit tempat banyak orang yang terluka dirawat.
"Ada banyak korban luka berat, banyak sekali operasi," katanya kepada Reuters.
"Seorang ahli bedah mengatakan kepada saya bahwa dia harus melakukan 18 operasi pada malam pertama," tandasnya.
BACA JUGA:
Dia mengatakan dia telah melihat lima atau enam orang dengan luka tembak, termasuk seorang pemuda tertembak di dada sebelah kanan yang kemudian membawa dirinya ke rumah sakit karena tidak ada ambulans. Selain itu, sejumlah kecil orang mengalami luka akibat terjatuh atau terinjak dalam kegelapan.
Akibat insiden tersebut, Banyak sekutu terdekat Israel, termasuk Amerika Serikat, menyerukan penyelidikan, menggarisbawahi krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza dan kondisi yang semakin kacau di mana sejumlah kecil bantuan yang mencapai daerah kantong tersebut didistribusikan.