JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negaranya siap menjadi tuan rumah perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.
Dalam sebuah pesan video pada KTT Ukraina-Eropa Tenggara, dia menyampaikan keyakinannya bahwa diplomasi dan dialog harus diupayakan untuk mencapai "resolusi yang adil dan abadi" bagi perang di Ukraina yang telah berkecamuk sejak Februari 2022.
"Untuk mencapai tujuan ini, sangatlah penting untuk memanfaatkan saluran diplomatik di tingkat tertinggi dari setiap jalur," kata Erdogan dikutip dari Anadolu via Antara, Kamis, 9 Februari.
"Dukungan Turki terhadap kemerdekaan, kedaulatan, keamanan, dan integritas wilayah Ukraina sudah diketahui semua orang. Kami juga melakukan setiap upaya untuk melindungi hak dan kepentingan rekan-rekan Tatar kami di Krimea," tambahnya.
Belum ada kemajuan yang berarti untuk mewujudkan perdamaian, kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa menyatukan kedua pihak sangat penting bagi keberhasilan inisiatif damai.
"Saya berpendapat bahwa upaya bersama harus dimulai, setidaknya dalam menentukan parameter perdamaian secara umum," katanya.
Erdogan juga mengatakan bahwa Turki "pada prinsipnya" mendukung formula damai 10 langkah yang diusung Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan siap berkontribusi pada "pemulihan dan rekonstruksi cepat" di negara yang dilanda perang tersebut.
Erdogan kembali menegaskan bahwa Turki telah berusaha memimpin berbagai upaya untuk ketahanan pangan.
"Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam, yang dibuat dan memainkan peran penting melalui upaya kami, juga menjadi prioritas dalam agenda kami," tambahnya.
Dia menegaskan perlunya peraturan keselamatan maritim di Laut Hitam dan Turki sedang merundingkan aturan baru mengenai komitmen keamanan yang didukung PBB.
Turki, yang dipuji secara internasional atas peran uniknya sebagai mediator Ukraina-Rusia, berulang kali menyerukan kepada kedua negara yang bertikai itu untuk mengakhiri pertempuran melalui perundingan.
Upaya damai Turki membuahkan sejumlah hasil yang signifikan, seperti kesepakatan gandum pada Juli 2022, dan pertukaran tawanan perang antara Rusia dan Ukraina.
Moskow tidak memperpanjang perjanjian itu setelah Juli 2023 dengan alasan pembatasan ekspor biji-bijian Rusia.
BACA JUGA:
Turki pertama kali menjadi tuan rumah pertemuan antara para menteri luar negeri Rusia dan Ukraina di Kota Mediterania, Antalya, pada Maret 2022.