JAKARTA - Air PAM di sejumlah wilayah kerap kali mengalir dengan debit yang kecil, bahkan mati pada malam hari. Direktur Utama Perumda PAM Jaya Arief Nasrudin menjelaskan penyebabnya.
Arief menegaskan, sebagai perusahaan daerah yang melayani air perpipaan di Jakarta, PAM Jaya tidak pernah menghentikan aliran air sampai ke rumah-rumah warga. Hanya saja, ada pengaturan khusus mengenai tekanan air di jam-jam tertentu.
"Aliran air itu 24 jam. Ada rezimnya atau pengaturan lalu lintasnya di dalamnya. Sebenarnya airnya enggak berhenti," kata Arief kepada wartawan, Rabu, 28 Februari.
Ia mengaku, PAM Jaya sengaja mengurangi tekanan air yang disalurkan pada malam hari. Sebab, biasanya masyarakat tidak menggunakan air pada waktu istirahat.
"jadi ketika di satu wilayah itu malam harinya air mati, itu bukannya mati karena tekanannya kita kurangi. Kita enggak pakai seperti tekanan siang," jelas dia.
Mengapa demikian? Jika tekanan air dialirkan serupa siang hari, hal ini akan meningkatkan potensi kebocoran pipa lantaran minimnya air yang keluar dari keran.
"Semakin air tidak digunakan, semakin bocor, karena pipa kita usianya bervariatif. Ada yang dari 101 tahun, sampai ada yang masih 0 tahun," tutur Arief.
Untuk mengatasi kesulitan air di malam hari, Arief menyebut pihaknya membangun reservoir komunal sebagai penampung air yang tak digunakan di malam hari.
BACA JUGA:
Selanjutnya, air yang telah ditampung akan dialirkan ke rumah-rumah warga yang mendapat aliran paling minim dari instalasi pengolahan air.
"Itulah gunanya kenapa reservoir komunal kita kerjakan. Jadi, di titik-titik tertentu yang memang pipanya sudah tua, malam harinya airnya kita isi ke dalam reservoir komunal, supaya airnya mengalir. Memang sayangnya belum semua titik kita bangun reservoir komunal," urai Arief.