Kelompok Houthi Ancam Tingkatkan Serangannya dan Gunakan Senjata Kapal Selam di Laut Merah
Peluncuran rudal dari kapal perang Amerika Serikat ke sasaran kelompok Houthi. (Twitter@CENTCOM)

Bagikan:

JAKARTA - Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman mengklaim tanggung jawab atas serangan terhadap kapal kargo milik Inggris dan serangan drone terhadap kapal perusak Amerika pada Hari Kamis, menargetkan kota pelabuhan dan resor Israel, Eilat, dengan rudal balistik dan drone.

Pernyataan perwakilan Houthi di situs media sosial X muncul tak lama setelah pemimpin kelompok tersebut mengatakan pihaknya meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan perairan lainnya, termasuk dengan "senjata kapal selam" baru, untuk meniru operasi militer Israel di Jalur Gaza.

"Operasi di Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden terus berlanjut, meningkat dan efektif," jelas tambah Abdul Malik al-Houthi dalam pidatonya yang disiarkan televisi, melansur Reuters 23 Februari.

Kendati demikian, al-Houthi tidak memberikan rincian lebih jauh tentang senjata kapal selam yang dimaksudnya tersebut.

Diketahui, kelompok militan Houthi telah melancarkan serangan drone dan rudal berulang kali di Laut Merah, Selat Bab al-Mandab dan Teluk Aden sejak November untuk mendukung warga Palestina, ketika perang Israel-Hamas berlanjut dan jumlah korban tewas di Gaza mencapai hampir 30.000 orang.

Serangan yang dilakukan kelompok ini mengganggu jalur perdagangan penting di Terusan Suez yang menyumbang sekitar 12 persen lalu lintas maritim global, memaksa perusahaan mengambil rute yang lebih panjang dan lebih mahal di sekitar Afrika.

Pada Hari Kamis, kelompok itu mengirimkan pemberitahuan resmi kepada pengirim barang dan perusahaan asuransi tentang apa yang mereka sebut sebagai larangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel, AS dan Inggris untuk berlayar di laut sekitarnya, dalam upaya untuk memperkuat kampanye militer mereka.

Komunikasi Houthi, yang pertama kepada industri pelayaran yang menguraikan larangan tersebut, datang dalam bentuk dua pemberitahuan dari Pusat Koordinasi Operasi Kemanusiaan yang baru disebut Houthi yang dikirim ke perusahaan asuransi dan perusahaan pelayaran. Tujuannya adalah untuk memaksa perusahaan pelayaran berkolaborasi dengan Houthi untuk menjamin keamanan kapal mereka,

Kapal milik individu atau entitas di Israel, AS, dan Inggris, atau berlayar di bawah bendera mereka, dilarang berlayar di Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Arab, demikian bunyi pemberitahuan pada Kamis.

"Pusat Operasi Kemanusiaan didirikan di Sanaa untuk mengkoordinasikan perjalanan kapal dan kapal yang tidak ada hubungannya dengan Israel dengan aman dan damai," kata seorang pejabat senior Houthi kepada Reuters, Kamis.

Pemimpin militan al-Houthi mengatakan, serangan balasan koalisi AS-Inggris gagal menghentikan kampanye mereka.

Sebelumnya, dua rudal membakar sebuah kapal sekitar 70 mil laut tenggara Aden, Yaman pada Hari Kamis, kata badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO). Kapal dan awaknya dilaporkan selamat dan melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya, katanya dalam pembaruan selanjutnya.

Kapal berbendera Palau milik Inggris, Islander, sedang dalam perjalanan ke Mesir dari Thailand, menurut perusahaan keamanan maritim Inggris Ambrey dan data pelacakan kapal.

Sementara, US CENTCOM mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial, AS menembak jatuh enam drone Houthi di Laut Merah setelah mereka diidentifikasi sebagai ancaman terhadap kapal perang AS dan sekutu.

Sejauh ini, dikatakan tidak ada kapal yang tenggelam atau awak kapal yang terbunuh selama kampanye Houthi.

Kemarin, militer Israel juga mengatakan pihaknya mencegat sasaran di wilayah Laut Merah setelah sirene peringatan adanya roket dan rudal terdengar di kota selatan Eilat.