JAKARTA - Pejabat Barat pada Hari Rabu mengatakan, Rusia kekurangan produksi amunisi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhannya dalam perang melawan Ukraina, namun hal itu tidak membuat Presiden Vladimir Putin putus asa untuk menaklukkan negara tersebut.
Industri militer Rusia juga sedang berjuang melawan dampak sanksi, kata para pejabat tersebut, seraya menambahkan ketidakmampuan negara tersebut untuk mengakses komponen-komponen Barat telah melemahkan kemampuannya untuk memproduksi sistem baru dan memperbaiki sistem lama.
Ringkasan para pejabat Barat mengenai situasi ini muncul ketika perang Ukraina memasuki tahun ketiga, dengan Rusia yang berkuasa setelah mengambil alih Kota Avdiivka di Ukraina dan di tengah peringatan Ukraina juga kehabisan amunisi.
"Kami tidak percaya Rusia memiliki rencana yang berarti selain terus berperang dengan harapan bahwa jumlah tenaga kerja dan peralatan Rusia pada akhirnya akan menunjukkan hal tersebut," kata seorang pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya, dilansir dari Reuters 22 Februari.
Kekurangan pasokan di Ukraina menjadi fokus perhatian karena ketergantungan mereka pada dukungan Barat dalam hal uang dan peralatan. Ini terutama dengan Amerika Serikat, di mana perselisihan politik di Washington menyebabkan bantuan senilai 61 miliar dolar AS terhambat.
Persediaan peluru artileri terbatas, dan para ahli dan tentara di garis depan memperkirakan bahwa artileri Rusia kini menembakkan lima kali lipat kecepatan tembakan artileri Ukraina.
Namun, para pejabat Barat mengatakan Rusia juga menderita masalah karena sanksi yang berdampak buruk terhadap produksi militer, menyebabkan penundaan dan menambah biaya, sehingga tidak dapat memenuhi tuntutan perang.
Konsekuensinya adalah Moskow meminta peralatan militer yang ditujukan untuk sekutu asing, kata mereka.
BACA JUGA:
Maret lalu, Angkatan Udara India mengatakan Rusia gagal mengirimkan pasokan penting yang menjadi komitmennya kepada militer India karena perang di Ukraina.
"Kemampuan produksi amunisi dalam negeri Rusia saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konflik Ukraina," kata seorang pejabat.
Meskipun terdapat masalah, tujuan Presiden Putin tetap tidak berubah, para pejabat memperingatkan, mengatakan mereka tidak percaya Rusia telah menyerah pada tujuannya untuk menaklukkan Ukraina.