JAKARTA - Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Hari Selasa menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza utara, setelah konvoi truk menghadapi tembakan dan penjarahan di tengah meluasnya kelaparan di wilayah tersebut.
Setelah terhenti selama tiga minggu, badan pangan PBB kembali melanjutkan pengiriman pada Hari Minggu, namun konvoi tersebut "menghadapi kekacauan dan kekerasan karena runtuhnya ketertiban sipil".
Lebih dari 20 minggu setelah Israel berperang melawan Hamas di Jalur Gaza, badan-badan PBB telah memperingatkan bahwa makanan dan air bersih sangat langka. WFP mengatakan timnya telah melaporkan |tingkat keputusasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya," dilansir dari Daily Sabah 21 Februari.
Badan yang bermarkas di Roma tersebut mengatakan pihaknya berencana mengirimkan truk makanan setiap hari selama tujuh hari.
Namun pada Hari Minggu, konvoi tersebut harus menangkis "berbagai upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang mencoba naik ke truk kami, kemudian menghadapi tembakan ketika kami memasuki Kota Gaza," katanya.
"Pada Hari Senin, perjalanan konvoi kedua ke utara menghadapi kekacauan dan kekerasan akibat runtuhnya ketertiban sipil," kata badan itu.
"Beberapa truk dijarah dan seorang sopir truk dipukuli. Sisa tepung secara spontan dibagikan dari truk-truk di Kota Gaza, di tengah ketegangan tinggi dan kemarahan yang meledak-ledak," tambahnya.
WFP mengatakan mereka terpaksa menghentikan pengiriman "sampai kondisi memungkinkan distribusi aman."
"WFP menghentikan sementara pengiriman bantuan makanan yang menyelamatkan nyawa ke Gaza Utara sampai kondisi aman bagi staf kami dan orang-orang yang ingin kami jangkau," jelas organisasi tersebut, dikutip dari The Times of Israel.
“Keputusan kami untuk menghentikan pengiriman ke wilayah utara bukanlah keputusan yang mudah. Keselamatan dan keamanan dalam menyalurkan bantuan pangan penting, dan bagi orang-orang yang menerimanya, harus dipastikan," sambung badan itu.
BACA JUGA:
Badan itu menambahkan, keputusan tersebut bukanlah keputusan yang bisa diambil dengan mudah karena hal ini berarti situasi di sana akan semakin memburuk dan lebih banyak orang berisiko meninggal karena kelaparan.
Diketahui, sejak dimulainya konflik baru Hamas-Israel di Gaza pada Oktober lalu, wilayah kantong Palestina itu telah terjerumus ke dalam krisis pangan, sementara bantuan dari luar sangat dibatasi.