Bagikan:

YOGYAKARTA – Sebagian di antara kita mungkin pernah bertanya, mengapa cuaca terasa gerah meski turun hujan?

Suhu yang cenderung gerah atau ‘sumuk’ saat hujan ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Kondisi ini terjadi karena ada energi dari matahari ke permukaan bumi tidak bisa dipantulkan ke langit.

Untuk penjelasan lebih detailnya, mari simak ulasan berikut ini.

Mengapa Cuaca Terasa Gerah Meski Turun Hujan?

Dirangkum dari berbagai sumber, Senin, 19 Februari 2024, cuaca gerah saat turun hujan disebabkan oleh tutupan awan.

Bila ada tutupan awan, panas matahari yang diserap oleh bumi tidak bisa dipantulkan ke langit atau angkasa karena tertahan awan. Kondisi ini bisa membuat udara terasa gerah atau ‘sumuk’.

Sebagai informasi, suhu rata-rata Indonesia berkisar 30-31 derajat Celcius. Sementara rata-rata suhu maksimum berada di angka 34-36 derajat Celcius. Angka tersebut masih dalam batas wajar kendati suhu tidak terasa dingin setelah turun hujan.

Selain itu, cuaca yang terasa gerah saat hujan juga dapat disebabkan oleh adanya pelepasan panas dari awan. Dalam hal ini, awan berubah dari fase gas ke fase cair dan melepaskan panas. Kondisi ini disebut sebagai kondensasi.

Nah, panas yang dilepaskan oleh awan membuat suhu udara di permukaan bumi menjadi terasa gerah.

Sebagai informasi tambahan, hujan diproduksi melalui sebuah proses yang sederhana, yakni ketika udara yang naik, maka udara di sekitar permukan akan menjadi hangat. Berikutnya, udara yang naik akan mengalami tekanan udara yang lebih rendah di sekitarnya, dan udara yang naik tersebut akan memuai.

Lebih lanjut, udara yang memuai menjadi lebih dingin dan tidak dapat menahan uap air. Uap air tersebut kemudian mengembun dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Udara panas dan lembab merupakan pemicu udara yang naik, yang kemudian berubah menjadi hujan dan petir.

Lewat pengamatan, Anda bisa melihat gerakan naik ini saat melihat awan kumulonimbus menjulang tinggi. Ketika udara naik lebih tinggi di atmosfer, udara tersebut akan mendingin.

Berikutnya, udara yang lebih dingin tidak dapat mempertahankan kelembapan dalam bentuk uap air yang tidak terlihat, sehingga terjadi kondensai, awan terbentuk dan hujan pun terjadi.

Sebagai analogi, ketika Anda mengeluarkan bir dingin dari kulkas di hari musim panas yang lembab, kaleg bir segera ditutupi dengan air karena pendinginan udara di sekitar kaleng.

Dengan demikian, kondisi cuaca yang mencegah udara naik juga akan mencegah hujan turun. Di situlah suhu tinggi memainkan peranannya. Bukan hanya suhu panas di permukaan tanah yang menghentikan pembentukan hujan, suhu panas di ketinggian juga mencegah udara permukaan naik, mendingin dan mengalami kondensasi.

Kondensasi melibatkan pelepasan panas laten. Ini adalah panas 'tak terlihat' yang 'disimpan' oleh tetesan air ketika berubah dari cair menjadi uap. kondisi ini dapat menyebabkan suhu menjadi gerah saat turun hujan. 

Demikian jawaban dari pertanyaan mengapa cuaca terasa gerah meski turun hujan. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.