Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah blunder dan ramai menjadi buah bibir serta perbincangan warganet. Hal ini tak lepas dari pernyataannya bahwa Presiden memiliki hak demokrasi dan politik untuk ikut kampanye selama tidak menggunakan fasilitas negara.

Dudy Rudianto, Founder Evello Big Data Analytics menyebutkan jika polemik ini mulai merangkak naik menjadi perhatian publik melalui sejumlah platform media sosial. Di Tiktok, isu ini telah ditonton 18.459.942 kali tayang hingga Sabtu 27 Januari 2024.

Adapun jumlah percakapan di Tiktok mencapai 124.120 komentar dengan interaksi publik melalui tiktok mencapai 701.438 kali. “Bahkan sebaran video tentang polemik ini telah menyebar sebanyak 23.054 ke jejaring private whatsapp yang berasal dari tiktok” terang Dudy.

Selain Tiktok, warga Instagram juga ramai menyambut polemik ini. Menurut Dudy, jumlah percakapan di Instagram mencapai 170.565 komentar dengan interaksi sebanyak 797.718 Likes. “Bahkan informasi mengenai polemic Presiden boleh ikut berkampanye telah ditonton warga Instagram sebanyak 7.127.000 kali tayang” terang Dudy.

Data Evello juga menunjukkan tren yang sama di Youtube dan Twitter. Pada platform youtube, isu ini telah ditonton warga Youtube sebanyak 11.550.740 dan menyebar sebanyak 8.248.708 kali tayang di Twitter. “Jumlah komentar di Youtube bahkan mencapai 123.196 percakapan, terpaut tipis jika dibandingkan dengan percakapan di Tiktok” ujar Dudy.

Sentimen Publik

Data evello juga menunjukkan sentiment publik cenderung negatif terhadap isu ini. Bobon sentiment negatif terhadap isu ini mencapai 76,65%. “Tingginya sentiment negatif menunjukkan jika publik memang tidak menginginkan hak tersebut diambil oleh Presiden Joko Widodo, walaupun peraturannya membolehkan” terang dudy menanggapi bobot sentiment yang ditemukan oleh Evello.

Evello juga menunjukkan bahwa terdapat tiga emosi yang mendominasi polemik ini. Emosi takut alias cemas mendominasi sebesar 87% dan Terkejut sebesar 56% dan emosi Bahagia 34%.

Ketiga emosi dominan tersebut mencerminkan bagaimana emosi publik terhadap isu Presiden boleh berkampanye kata Dudy. “Emosi ini sekaligus menjadi pengingat bagi presiden bahwa sebaiknya hak tersebut tidak diambil”.

Psikografis Publik

Selain sentiment dan emosi, evello juga melihat bagaimana kecenderungan publik terhadap isu tersebut. Bagi mereka yang menolah wacana presiden dapat berkampe, karakteristik pribadi yang terbentuk cenderung emosional. “Bobot personality traits emosional terbaca mencapai 97% menanggapi pernyataan Presiden” ujar Dudy.

Sementara bagi mereka yang mendukung Presiden dapat berkampanya cenderung rasional. Evello mendeteksi tren rasional pendukung Presiden Jokowi mencapai 89% ditandai dengan ikut menyampaikan isi dari pasal Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu.

Selain data-data di atas, Dudy juga menyebutkan jika Jokowi adalah politisi ulung. “Bisa saja tiba-tiba beliau berbalik arah dan tidak mengambil haknya untuk ikut dalam kampanye dan sekaligus membalikkan sentiment publik dari negatif menjadi positif” ujarnya.

Sebagian besar (79 persen atau 55 kejadian) bermagnitudo antara tiga hingga 4.9, sedangkan sebesar 20 persen memilikinya magnitudo kurang dari tiga dan sebesar satu persen memiliki magnitudo lebih dari atau sama dengan lima.