Bagikan:

JEMBER  - Pengamat politik Universitas Jember Muhammad Iqbal menilai bahwa wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mempertontokan debat cawapres menjadi ajang untuk mengumbar niretika.

"Cawapres nomor urut 2 sekedar wow effect yang problematik dan niretika dalam debat," katanya dilansir ANTARA, Senin, 22 Januari.

Gibran beberapa kali menyentil cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar seperti membaca catatan hingga memperagakan gerakan pantomim yang menganggap tidak menemukan jawaban dari cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.

"Sayangnya patut disesalkan Gibran justru masih menjadikan arena debat itu merupakan panggung kampanye sebagai sarana untuk menampilkan ego sentrisnya seolah dirinya merasa sebagai anak muda mampu 'mengalahkan' dalam debat," tuturnya.

Pakar komunikasi politik itu menilai debat keempat tersebut semakin memberikan pendidikan politik yang kuat untuk calon pemilih untuk memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden pada pemungutan suara 14 Februari 2024.

"Calon pemilih diberikan ruang untuk menilai seberapa etika lingkungan, etika kepemimpinan untuk mengatur, mengelola dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk masa depan bangsa dan lingkungan," katanya.

Iqbal mengatakan cawapres Muhaimin dan Mahfud tampak sangat kuat komitmen dan konsistensinya sepanjang proses debat untuk menjaga kualitas debat itu sebagai media kampanye, media untuk mengalirkan gagasan, dan mengelaborasi agar membumi kepada calon pemilih.

"Cawapres Gibran malah atraksi gimick yang tidak patut secara etika karena muncul  semacam arogansi, merasa dirinya bisa menguasai debat dan menguasai panggung debat," ujarnya.

Ia mengatakan Mahfud MD dan Muhaimin terlihat memiliki komitmen dan konsisten menjaga nuansa debat sebagai ajang adu gagasan berkelas policy maker, bukan sebagai panggung sekadar wow effect yang problematik dan niretik.