Bagikan:

JAKARTA - Komisi Eropa perlindungan serigala, dari 'ketat' menjadi 'dilindungi', langkah yang disambut baik oleh aktivis perburuan dan peternakan, namun ditentang kelompok konservasi.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada 28 Desember lalu, eksekutif Uni Eropa memperkirakan populasi serigala saat ini di semua negara blok itu kecuali tiga negara mencapai sekitar 20.300 ekor, hampir dua kali lipat angka tahun 2012.

Lebih lanjut laporan tersebut menyatakan, satu dari 1.500 domba dari total enam juta ekor, dimangsa oleh serigala setiap tahun. Total seluruh ternak yang dimangsa, termasuk kambing, sapi dan sejumlah kecil kuda dan keledai diperkirakan “setidaknya” 65.500 ekor.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengakui, kembalinya serigala adalah "kabar baik bagi keanekaragaman hayati" di Eropa.

Laporan tersebut mencatat, serigala membantu mencegah degradasi ekosistem dan penyebaran penyakit pada ternak dengan memangkas populasi rusa yang terus meningkat.

"Tetapi konsentrasi kawanan serigala di beberapa kawasan Eropa telah menjadi bahaya nyata, terutama bagi ternak," kata Von der Leyen, dilansir dari Euronews 10 januari.

Proposal untuk mengubah status perlindungan serigala berdasarkan Konvensi Bern tentang konservasi satwa liar dan habitat alami Eropa, diperlukan sebagai langkah awal sebelum mengubah undang-undang perlindungan alam Uni Eropa.

Namun, para pegiat konservasi mengatakan data tersebut tidak membenarkan perubahan yang bisa membuat serigala kembali menjadi target para pemburu, dan akan dimusnahkan jika pemerintah daerah menganggap mereka sebagai ancaman bagi petani lokal.

ilustrasi serigala
Ilustrasi serigala abu-abu. (Wikimedia Commons/Caninest)

Léa Badoz dari Eurogroup for Animals, sebuah LSM, mengatakan "tidak ada dukungan ilmiah" untuk langkah mengubah status serigala berdasarkan konvensi tahun 1979.

"Usulan tersebut mencerminkan langkah strategis, oportunistik dan politis yang menimbulkan kekhawatiran tentang motivasi dan keselarasan dengan tujuan kebijakan yang sebenarnya," kata Badoz.

Komisi Eropa sendiri dikritik karena memberikan waktu kurang dari tiga minggu kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk menanggapi permintaan data mengenai populasi serigala saat ini, yang sebagian menjadi dasar usulan ini.

Terpisah, World Wide Fund for Nature (WWF) mengatakan dalam sebuah pernyataan, usulan tersebut mewakili perubahan arah oleh Komisi yang pada Bulan Oktober lalu menentang usulan yang sama dari Swiss, dengan alasan usulan tersebut "secara efektif akan mengarah pada status perlindungan terendah bagi populasi serigala di seluruh Eropa" terlepas dari lokalitas dan perbedaan regional.

Sabien Leemans, spesialis keanekaragaman hayati di WWF di mengecam keputusan yang menurutnya "keterlaluan" dan tidak memiliki pembenaran ilmiah.

"Presiden von der Leyen dengan sengaja mengorbankan upaya konservasi selama puluhan tahun demi keuntungan politiknya, sejalan dengan upaya sekutu politiknya untuk menjadikan serigala sebagai kambing hitam atas masalah sosial-ekonomi di masyarakat pedesaan," kritik Leemans.

Di sisi lain, para aktivitas perburuan dan peternakan mendukung rencana tersebut. Kepala lobi pertanian Copa-Cogenca, Christiane Lambert memuji langkah tersebut di media sosial.

"Akhirnya, Komisi mengindahkan seruan Von der Leyen untuk lebih melindungi ternak dari bahaya serigala," katanya.

Adapun Federasi Perburuan dan Konservasi Eropa, yang mengklaim mewakili kepentingan tujuh juta pemburu di seluruh Eropa mengatakan, usulan perubahan status tidak akan mengubah persyaratan hukum untuk melestarikan serigala, dan akan memungkinkan "pengelolaan adaptif, yang lebih sesuai untuk spesies yang tidak lagi terancam".

Presiden federasi Torbjörn Larsson menyerukan pendekatan yang lebih luas yang mencakup predator puncak lainnya.

"Meskipun kami menyambut baik berita ini, kami mengharapkan para menteri lingkungan hidup untuk mendukung proposal berbasis sains," kata Larsson.

"Namun, untuk memastikan keberhasilan hidup berdampingan, kami juga memerlukan paket karnivora dalam jumlah besar termasuk beruang dan lynx, dengan fokus pada status perlindungan mereka, merevisi pedoman Komisi Eropa dan sistem pelaporan status konservasi."