Bagikan:

JAKARTA - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei pilihan calon presiden di Pilpres 2024. Hasilnya, sebagian pemilih Jokowi berpindah ke Ganjar Pranowo.

Jika nama Jokowi dikeluarkan karena tak lagi bisa mengikuti Pilpres 2024, hasilnya Prabowo Subianto berada urutan atas dengan perolehan pemilih 22,5 persen. Sementara yang mengejutkan, nama Ganjar menyalip dengan urutan kedua sebesar 10,6 persen dan Anies 10,2 persen.

Pengamat politik Heri Budianto memaparkan, ada dua hal mengapa pemilih Jokowi beralih ke Ganjar. Pertama, adanya faktor pemilih ideologi, artinya pemilih Jokowi adalah sebagian besar nasionalis.

"Dilihat dari pengusung partai adalah PDIP, maka ketika pemilih Jokowi beralih ke Ganjar ada pengaruh ideologi disitu. Pemilih-pemilih yang berbasis pada ideologi nasionalis, konsisten memilih Jokowi ke Ganjar yang dilatarbelakangi oleh dua faktor tadi. Yaitu faktor partai, dalam hal ini adalah PDIP," ujar Heri kepada VOI, Selasa, 23 Februari.

Kedua, lanjutnya, ada semacam pesan kepada PDIP yang dikirimkan oleh para pemilih Jokowi. Harapannya, PDIP bisa mengusung Gubernur Jawa Tengah itu didalam Pilpres 2024.

"Artinya para pemilih Jokowi, dari gambaran hasil survei melihat yang paling pas adalah Ganjar. Ada 'message' yang dikirimkan kepada PDIP dalam hal itu (memilih Ganjar.red)," jelasnya.

Apabila dilihat dari survei yang beredar, kata Heri, Ganjar paling tinggi dari bursa tokoh yang ada sebagai pengganti Jokowi.

"Karena memang pemilih Jokowi ini dominan banyak. Jadi potret pemilih itu berharap bahwa Ganjar memang 'The Next President" dalam bacaan pemilih Jokowi," kata Heri.

Namun dikatakan Heri, ada kendala yang mengganjal langkah Ganjar menjadi 'The Next Jokowi'. Yakni, kerelaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk memberikan tiket kepada Ganjar melenggang ke Pilpres 2024.

"Beberapa pertanyaan menurut saya yang bisa dijawab PDIP dalam hal ini Ibu Mega, misalnya apakah PDIP mau mengusung Ganjar? Kalau sudah mau apakah rela memberikan tiket kepada orang atau kader diluar trah Soekarno?," tanya Heri.

"Ditahun 2014 dan 2019 kan sudah Jokowi. Kalau liat tren, maka untuk ketiga kalinya pemilu memberikan tiket kepada orang lain dalam hal ini kadernya, Ganjar yang bukan trah Soekarno, apakah rela Bu mega (beri tiket.red)?," tambahnya.

Sehingga menurut Heri, tidak mudah bagi Ganjar dengan hasil survei tersebut, yang untuk secara otomatis dicalonkan oleh PDIP. "Artinya untuk memenuhi keinginan pemilih Jokowi, rintangannya masih besar. Khususnya internal PDIP," kata Heri.