Bagikan:

JAKARTA - Prasangka Ganjar Pranowo seakan-akan dipinggirkan, tapi juga disayang boleh jadi istilah di tengah hiruk pikuk pencapresan 2024. Bermodal tingkat keterpilihan atau elektabilitas moncer, Ganjar Pranowo tentunya tak bisa dipandang sebelah mata.

Tapi sayang, PDI Perjuangan, tempat Ganjar Pranowo ‘mengabdi’ secara karier politik, dianggap Pro Ganjar, seakan-akan meminggirkannya dari bursa kontestasi yang boleh dibilang tinggal sebentar lagi.

Yang terbaru dari aturan Pemilu-Pilpres 2024, capres harus mendaftarkan diri pada pertengahan Oktober sampai 25 November 2023.

Meski moncer dari sisi elektabilitas, riak-riak soal Ganjar tetap mengemuka. Isu merenggang hubungan dengan Ketua DPR yang juga Ketua DPP PDIP Puan Maharani berembus.

Segala capaian Ganjar Pranowo lewat pemotretan politik sigi dari berbagai lembaga survei direspons elite PDIP. Intinya tetap satu, menyoal keputusan ketuk palu ‘Ibu Ketum’ Megawati Soekarnoputri.

Soal urusan relawan disebut-sebut “belakangan”, bukan penentu. Karena sekali lagi, perintah Ibu Ketum lewat mekanisme partai jadi acuan internal partai berlambang banteng moncong putih.

[BACA: Survei Charta Politika: Elektabilitas Ganjar Melesat Naik Usai Rakernas Projo yang Dihadiri Jokowi]

Simak Pernyataan Elite PDIP Ini

"Kalau berandai-andai susah. Jadi kita bergerak di lapangan. Pemilu itu realitas, bukan berkhayal, tidak berandai-andai," kata Wasekjen PDI Perjuangan (PDIP) Arif Wibowo kepada wartawan di Hotel Grand Paragon, Jakarta, Selasa, 14 Juni.

Meski begitu, PDIP tak akan tutup mata terhadap hasil survei yang ada. Nantinya, statistik yang sudah ada akan dijadikan strategi pemenangan.

"Bahwa ada survei, ada teori, ada konsep dan sebagainya itu semua kita ramu menjadi satu strategi pemenangan," tegasnya.

Arif kembali menyampaikan PDIP saat ini menunggu keputusan ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri. Pada saat yang tepat, siapa calon presiden (capres) yang diusung tentu akan diumumkan.

PDIP, sambung dia, juga tak akan terpengaruh dengan suara relawan yang mengusung nama tertentu seperti Ganjar. "Konstitusi partai kami, kewenangan menentukan capres, cawapres, menteri, wakil menteri adalah prerogatif ibu ketua umum," ungkap Arif.

[BACA: Ganjar Dapat Dukungan Mayoritas Pemilih PDIP, Wasekjen: Pemilu Itu Realitas Bukan Berkhayal, Bukan Berandai-andai]

Setelah elite PDIP ramai-ramai bicara, yang cukup digambarkan dengan pernyataan Arif Wibowo soal pencapresan di tangan Megawati, tak ada unsur nonpartai yang terpengaruh. Faktanya, dukungan ke Ganjar Pranowo sebagaimana hasil sejumlah lembaga survei tetap kuat.

Tapi muncul lagi soal prasangka isu pecah belah. Seperti yang disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Dia menegaskan hubungan dua kadernya, yaitu Ketua DPR Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo baik-baik. Tak ada kerenggangan di antara keduanya.

[BACA di sini: Puan-Ganjar Diisukan Renggang, Sekjen Hasto: Ada Upaya Membelah PDIP]

Kode Jokowi di Jateng?

Sengaja atau tidak, banyak  yang bicara Jokowi keceplosan soal kode dukungan capres 2024 pada raker relawan Jokpro di Magelang, Sabtu, 21 Mei 2022 yang notabene dihadiri Ganjar Pranowo. Kode 'tutup mata' tentu menguatkan keyakinan barisan relawan dan mungkin saja loyalis Jokowi nonparpol di dua pilpres sebelumnya.

[Baca di sini: Jokowi Beri Kode Dukungan 2024 di Depan Relawan Jokpro, Ganjar Pranowo: Ojo GR-an]

Respons Ganjar Pranowo Setelahnya?

Manut, kalau istilah Jawa merujuk pada patuh yang biasa disebut dalam keseharian. Manut Bu Mega, singkatnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan akan mengikuti arahan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Termasuk jika dirinya tak diusung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Hal ini disampaikannya menanggapi adanya kemungkinan dirinya tak dicalonkan di Pilpres 2024 mendatang. Sebagai kader, sambung Ganjar, dirinya akan tegak lurus terhadap seluruh keputusan partai.

[Selengkapnya baca di sini: Ganjar Pranowo ‘Terima Nasib’ Jika Tak Dicalonkan PDIP Jadi Capres 2024: Semua Tegak Lurus Keputusan Ketum]

"Semua tegak lurus pada keputusan," kata Ganjar kepada wartawan di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat, 17 Juni.

Ganjar mengatakan Megawati sebagai ketua umum partai punya hak prerogatif untuk mencalonkan nama tertentu.

"Itulah yang sudah menjadi keputusan kongres (Kongres ke-V PDIP, red). Itu prerogatif penuh ibu ketua umum," tegasnya.

Seakan Dipinggirkan, tapi Toh Disayang?

Boleh saja ada dugaan, analisa, atau amatan politik Ganjar Pranowo dipinggirkan di internal partainya—meski dibantah elite PDIP—. Toh, nyatanya, Ganjar Pranowo tetap disayang.

Disayang di sini soal dilirik secara politik di Pilpres 2024. Partai politik pertama yang menyebut nama Ganjar Pranowo sebagai salah satu bakal capres 2024 hanya NasDem.

Memang NasDem, besutan bos Media Group, Surya Paloh menyebut 3 nama. Selain Ganjar, ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

[Selengkapnya baca di sini: Ada Ganjar, Anies dan Andika Perkasa, Surya Paloh Tegaskan Ingin Usung Capres Terbaik]

Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh menegaskan partainya ingin mengusung calon presiden yang terbaik bagi kepentingan bangsa Indonesia.

"Seandainya apa pun yang terbaik bagi bangsa ini sang calon yang kami dukung, terpilih, kemudian juga lupa pada NasDem, ah, itu sudah nasib kami," kata Surya Paloh saat menutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) NasDem di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat, 17 Juni. 

Hasil rekomendasi Rakernas NasDem memutuskan dan menetapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi bakal calon presiden yang akan diusung oleh Partai NasDem

"Saya akan membuka hasil rekomendasi Rakernas yang ditujukan kepada saya, memutuskan dan menetapkan rekomendasi bakal calon presiden RI yang akan diusung partai NasDem pada tahun 2024," kata Paloh.

Paloh lantas menyebutkan nama bakal capres itu, yaitu: pertama, Anies Baswedan; kedua, Muhammad Andika Perkasa; ketiga, Ganjar Pranowo.

"Saya ingatkan, tidak ada yang kurang dari tiga nama ini nilainya sama, kualifikasinya sama. Hanya urutan saja yang berbeda, 1, 2, dan 3," kata Surya Paloh di hadapan belasan ribu kader NasDem.