Strategi Indonesia Garda Samudra Ganjar-Mahfud, TKN: Melalui Pembelian Alutsista
Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dalam debat pilpres ketiga, Minggu 7 Januari. (dok. VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menjelaskan strategi Guardian of the Seas atau Indonesia sebagai Garda Samudra yang dikenalkan paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Deputi Politik TPN Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto mengatakan strategi itu diwujudkan melalui pembelian alat utama sistem persenjataan atau alutsista.

"Garda Samudra diwujudkan melalui pembelian alutsista yang mengarah pada pertahanan 5.0 yang SAKTI, yakni perkasa dengan teknologi terkini," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa 16 Januari, disitat Antara.

Dia menjelaskan, saat ini Indonesia dihadapkan pada ancaman pertahanan, akibat adanya ketidakpastian geopolitik dan posisi Indonesia yang strategis. Risiko yang bersifat dinamis dan kekinian itu salah satunya terkait geopolitik AS-Tiongkok.

“Tantangan tidak hanya berasal dari negara lain, tetapi juga karena adanya pergeseran centre of gravity (CoG),” ujarnya.

Lanjut dia, Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah pusat gravitasi baru sehingga menjadi keniscayaan untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia, dengan daya gentar yang mampu menghalau berbagai jenis ancaman. Kemudian, pengembangan postur-postur militer yang saling terkoneksi dan terpusat pada IKN, harus diperkuat dengan peningkatan kapasitas Anti Akses/Penangkalan Wilayah (A2/AD) sebagai Benteng Nusantara, untuk melawan ancaman di berbagai zona pertahanan.

"Kebutuhan untuk menata ulang gelar pasukan (redeployment) akibat adanya pergeseran tersebut harus didasarkan pada sistem pertahanan rakyat semesta (Sishanrata) dan sistem pertahanan berlapis,” tuturnya.

Sebelumnya calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan pertahanan semestinya masuk pada wilayah 5.0, dengan teknologi SAKTI, dengan rudal hipersonik, senjata siber, sensor kuantum, dan sistem senjata otonom.

Menurut dia, teknologi-teknologi tersebut tidak tertinggal generasinya dari teknologi senjata milik negara-negara adidaya. Penguatan kapasitas pertahanan juga membutuhkan sinergi dari seluruh matra (trimatra terpadu) agar mampu menjalankan operasi lintas medan, termasuk dengan memanfaatkan instrumen siber.