Bagikan:

JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat dan pekerja tambang pasir di sekitar gunung api aktif mewaspadai potensi banjir lahar dingin menyusul masuknya musim hujan di Tanah Air.

"Gunung api yang saat ini mengalami erupsi abu tentunya mempunyai potensi terjadinya lahar dingin yang lebih tinggi dibanding gunung api lainnya," kata Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG Ahmad Basuki saat dihubungi di Jakarta, Kamis 4 Januari.

Ahmad pun mengatakan masyarakat di sekita lereng gunung api aktif selalu berkoordinasi dengan pos pengamatan gunung api setempat.

Beberapa gunung api yang berpotensi mengalami banjir lahar dingin di Indonesia, di antaranya Gunung Semeru di Jawa Timur, Gunung Marapi di Sumatera Barat, Gunung Ibu dan Gunung Dukono di Maluku Utara, serta Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotolok di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Lahar merupakan bahaya sekunder dari aktivitas erupsi gunung api yang berupa endapan-endapan material erupsi yang mengisi lembah-lembah yang berhulu di pusat erupsi.

Material tersebut dapat berupa bongkah hingga abu yang apabila tercampur oleh air akan menjadi lumpur.

Ada empat faktor dalam pembentukan lahar, yaitu penumpukan material hasil erupsi, air hujan, gravitasi, dan bentuk lembah. Jika keempat faktor itu terpenuhi, maka material yang mengendap di lembah-lembah gunung api bisa turun ke bagian hilir sungai dan menciptakan banjir lahar dingin.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, angin barat atau Monsun Asia pembawa hujan telah tiba di Indonesia pada awal Januari 2024.

Kedatangan Monsun Asia tersebut menjadi penanda musim hujan setelah sebelumnya mundur dari jadwal seharusnya pada November 2023 akibat pengaruh El Nino.

Periset Klimatologi BRIN Erma Yulihastin menuturkan, awal musim hujan tertunda hingga lima dasarian karena pengaruh El Nino. Padahal secara normal angin dari utara atau barat sudah eksis pada November dasarian dua, tetapi Januari dasarian satu baru eksis.