Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Chico Hakim menjelaskan program Ganjar-Mahfud tentang Gastronomi, sebagai upaya mendongkrak kualitas gizi, memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM), dan menggerakkan ekonomi nasional.

Chico menegaskan program gastronomi merupakan ide tandingan dari program makan siang dan susu gratis, yang diusung pasangan Prabowo-Gibran.

Kata dia, program makan siang gratis cenderung menyeragamkan sumber gizi pada susu dan telur. Padahal, komponen pangan bergizi bisa didapat tak hanya dari susu, tetapi juga aneka pangan lokal.

"Sudah banyak studi, menunjukkan telur lebih bergizi ketimbang susu. Kalau bicara soal laktosa intoleran atau ketidakmampuan untuk sepenuhnya mencerna gula (laktosa) dalam produk susu, hampir 70 persen orang Asia memiliki laktosa intoleran tersebut," jelas Chico dilansir ANTARA, Selasa, 2 Januari.

Gastronomi ala Mahfud merupakan bentuk kearifan lokal suatu daerah pada bahan baku makanan, untuk diramu menjadi pangan. Sehingga, pasangan Ganjar-Mahfud ingin menghindari penyeragaman pangan dengan dalih pemenuhan gizi. Sebab, hal itu berpotensi meningkatkan ketergantungan impor, karena membuat kebutuhan satu komoditas pangan bergizi menjadi tinggi.

"Jangan sampai impor dinaikkan atas nama pemenuhan gizi," ujarnya.

Gastronomi bakal membuat asupan gizi jadi beragam. Hal itu disesuaikan dengan potensi aneka pangan yang ada di masyarakat. Nantinya, kata dia, pemerintah membantu pangan lokal naik kelas menjadi lebih bergizi tinggi.

"Kalau kita bicara makan siang gratis, apakah nasi harus diberikan kepada orang Papua tiga kali sehari?" katanya.

TPN berharap jangan sampai program pemerintah malah mengubah gaya hidup orang. Sementara gaya hidup itu, tidak berarti makanan yang dia asup kurang bergizi. Padahal kata dia, banyak jenis makanan dari bahan baku lokal yang setara gizinya dengan susu impor.