Pentagon Klaim Lebih dari 20 Negara Bergabung dengan Koalisi Laut Merah Pimpinan Amerika
Ilustrasi Kapal induk AS USS Ronald Reagan (CVN-76) bersama USS Antietam (CG-54). (Wikimedia Commons/National Museum of the U.S. Navy)

Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak lebih dari 20 negara telah setuju untuk berpartisipasi dalam koalisi baru pimpinan Amerika Serikat, guna menjaga lalu lintas komersial di Laut Merah dari serangan kelompok Houthi Yaman, seiring dengan semakin banyaknya negara yang bergabung dalam upaya tersebut, kata Departemen Pertahanan (Pentagon).

Namun, jumlah total Pentagon yang baru menunjukkan setidaknya delapan negara yang telah mendaftar, menolak disebutkan namanya secara publik, sebagai tanda sensitivitas politik dalam operasi tersebut, ketika ketegangan regional meningkat akibat perang Israel-Hamas.

"Saat ini ada lebih dari 20 negara yang mendaftar untuk berpartisipasi," kata Mayor Jenderal Patrick Ryder, melansir Reuters 22 Desember..

"Kami akan mengizinkan negara-negara lain, tunduk pada mereka untuk membicarakan partisipasi mereka," lanjutnya.

Amerika Serikat meluncurkan 'Operation Prosperity Guardian' dua hari lalu, mengatakan lebih dari selusin negara telah setuju untuk berpartisipasi dalam upaya yang melibatkan patroli bersama di perairan Laut Merah dekat Yaman.

Setiap negara akan menyumbangkan apa yang mereka bisa, kata Ryder, menyebutnya sebagai "koalisi yang berkeinginan."

"Dalam beberapa kasus, hal itu akan mencakup kapal. Dalam kasus lain, hal itu dapat mencakup staf atau jenis dukungan lainnya," jelas Ryder dalam jumpa pers.

Diketahui, krisis di Laut Merah muncul seiring dengan perang antara Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas yang berkuasa di Gaza.

Perang dimulai pada 7 Oktober ketika para pejuang Hamas menyerbu melintasi perbatasan Gaza ke Israel selatan, di mana pihak berwenang Israel mengatakan para militan tersebut membunuh sekitar 1.200 orang yang sebagian besar adalah warga sipil Israel dan orang asing.

Proksi Iran, termasuk Houthi dan Hizbullah Lebanon telah menembakkan roket ke Israel sejak konflik dimulai. Selain itu,  kelompok juga meningkatkan serangan mereka di Laut Merah, mengancam akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel dan memperingatkan perusahaan pelayaran agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.

Serangan tersebut telah mengganggu jalur perdagangan utama yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara dengan Asia melalui Terusan Suez, menyebabkan biaya pengiriman peti kemas meningkat tajam karena perusahaan berupaya mengirimkan barang mereka melalui rute alternatif, yang seringkali lebih panjang.

Angkatan Laut AS, Inggris dan Prancis telah merespons dengan menembak jatuh drone dan rudal Houthi, tindakan defensif yang menurut beberapa kritikus di Washington tidak cukup untuk mencegah Houthi melanjutkan serangan mereka