1JAKARTA - Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta PD Pasar Jaya melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga masker yang sempat melambung hingga Rp300 ribu per boks. Kenaikan harga masker di pasaran terutama terjadi setelah virus COVID-19 dinyatakan sudah masuk di wilayah Indonesia.
Masker menjadi barang yang langka saat ini. Bahkan, di ritel modern sudah sulit ditemukan. PD Pasar Jaya dengan menggandeng Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Jakarta mencoba menekan harga alat kesehatan tersebut. Meski belum bisa menstabilkan harga, namun kini masker dibanderol menjadi Rp125 ribu per boks.
Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Edi Haryanto mengatakan, 240 toko yang beroperasi di Pasar Pramuka telah menyepakati harga jual masker di angka Rp125 ribu.
"240 toko (sudah sepakat)" katanya, saat ditemui di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Kamis, 5 Maret.
Edi mengatakan, apabila ada pedagang yang tak mau mematuhi kesepakatan ini, maka akan dikenakan sanksi. Sayangnya dia tak merinci sanksi yang dimaksud. Namun, dia meyakini, anggota kelompoknya patuh pada kesepakatan ini.
"Pedagang di Pasar Jaya dikenal baik patuh terhadap arahan paguyuban, nanti kalau ditemukan (pelanggaran) sanksi bakal berjalan," jelasnya.
Di tempat yang sama, Dirut PD Pasar Jaya Arief Nasrudin juga tidak bicara lebih lanjut mengenai sanksi kepada pedagang yang ketahuan membandel. Namun, kata dia, sanksi terberat adalah bisa dikeluarkan dari anggota paguyuban.
BACA JUGA:
"Sanksi, law enforcement itu ada. Kalau sampai mau dikeluarkan bisa. Tapi, saya di sini bersama pedagang walaupun masih ada satu dua, harapan saya besok sadar dan mengikuti hak yang sama," tuturnya.
Arief mengatakan, kini pihaknya bisa menjajakan masker kepada konsumen dengan harga cukup rendah lantaran sudah memiliki stok sebanyak 1 juta masker atau 20 ribu boks. Sementara, sebelumnya pihaknya hanya punya stok 1.400 boks masker. Hal ini yang akhirnya menyebabkan menaruh harga tinggi terpaksa dilakukan.
"Karena memang kami nyari dulu, karena kemarin baru 1.400 (boks) stok maskernya, enggak banyak, tapi sekarang kami punya lebih banyak dari itu," katanya.
Meski memiliki stok masker yang banyak, Arief mengatakan, setiap pembeli yang hendak membeli masker harus membawa identitas dirinya seperti KTP. Tujuannya, agar masyarakat terdata dalam setiap pembelian dan tak membuat oknum-oknum melakukan penimbunan masker.
"Jadi akan dibatasi karena Pasar Pramuka jenisnya grosir. Jadi satu orang akan kemudian beli satu boks, dan ber-KTP, jadi itu akan tercatat," ujarnya.
Menurut Arief, untuk warga Jakarta juga bisa membeli masker tersebut di seluruh toko Jakgrosir yang berada di setiap kecamatan. Jika diecer, setiap satu masker dihargai dengan Rp1.940 per lembar.
"Kita punya gerai Jakgrosir, Jakmart gerai gerai kecamatan, harganya lebih murah Rp1.940 per masker. Saya minta masyarakat jangan panik harganya gila-gilaan. Saat ini normal saja Rp125 ribu itu cukup wajar. Memang sebelum corona harganya di bawah," ujarnya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya dan pihak terkait melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu 4 Maret. Tujuannya untuk mengecek harga masker yang melambung tinggi, di tengah merebaknya virus corona atau COVID-19.
Dalam sidak itu, polisi pun kaget mendengar harga yang dijual dari para pedagang. Satu boks masker isi 50 yang tadinya seharga Rp29 ribu, kini dibanderol Rp300-350 ribu.