Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, proses digitalisasi membantu memudahkan berbagai urusan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang kesehatan.

"Datang ke dokter Indonesia operasi usus buntu Rp5 juta, ke Singapura Rp50 juta. Informasi itu gak transparan. Digitalization helps (digitalisasi membantu)," katanya dalam acara OJK Risk & Governance Summit yang diikuti secara daring di Jakarta, Antara, Kamis, 30 November. 

Menkes Budi mengungkapkan, dirinya ingin membuat berbagai hal terkait kesehatan di Indonesia menjadi terdigitalisasi. Salah satu langkah awalnya diawali saat pandemi COVID-19 di Indonesia, di mana Kemenkes RI  memfasilitasi masyarakat Indonesia dengan konsultasi melalui telemedisin.

Saat pandemi COVID-19 berlangsung, dia menjelaskan, hasil tes virus didigitalisasi dan dikirimkan kepada Kemenkes untuk kemudian diteliti. Jika terdiagnosis positif, kemudian Kemenkes mengirimkan pesan melalui WhatsApp (WA) kepada pasien untuk melakukan konsultasi dengan beberapa penyedia layanan telemedisin yang sudah bekerja sama untuk diberikan resep obat.

Kemudian, sambungnya, resep obat tersebut dikirimkan kepada pihak apotek secara digital, lalu pihak apotek mengirimkan obatnya kepada pasien melalui jasa pengiriman barang.

"Pertama kali saya dipuji tuh gitu. Jadi orang sakit tiga hari tanpa tahu dia ngapa-ngapain tahunya dia dapat obat. Karena tanpa dia sadari, ada proses digitalisasi di belakang seperti itu," ujarnya.

Menkes Budi yang berlatarbelakang ekonomi mengungkapkan upaya digitalisasi kesehatan terinspirasi dari sistem perbankan. Di mana data transaksi yang dikirim memiliki alur yang jelas dari toko/pedagang, yang kemudian dikirimkan ke peladen (server) pusat, lalu dikirim ke bank terkait untuk memastikan saldo tersedia dan akhirnya dikembalikan melalui rute semula sehingga transaksi dapat terselesaikan.

Dengan sistem serupa, sambungnya, sistem kesehatan di Indonesia seharusnya dapat diperbaiki. Salah satunya jika ingin berpindah rumah sakit ketika berobat, di mana pasien tidak perlu lagi direpotkan dengan sistem administrasi yang rumit.

"Itu mindahin datanya mesti bawa setumpuk kertas tuh. Datanya gak digital, gak standar, gak safe gitu kan merasa bobol. Jadi digitalization helps," tuturnya.

Diketahui, digitalisasi kesehatan menjadi fokus utama Kemenkes yang tercantum dalam pilar keenam transformasi tesehatan, yaitu transformasi teknologi kesehatan. Salah satu transformasi tersebut diwujudkan dalam Rekam Medis Elektronik (RME) yang terintegrasi ke dalam aplikasi SATUSEHAT yang diluncurkan pada 11 November 2023 silam.

Teknologi tersebut memungkinkan pasien dapat melihat riwayat kunjungan, diagnosis dokter, hingga obat yang diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di 2.498 fasyankes yang telah terintegrasi dalam aplikasi SATUSEHAT.