JAKARTA - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan anomali kasus dengue di Yogyakarta yang turun di bawah incident rate global 10 per 100.000 populasi disebabkan oleh implementasi program penelitian bakteri Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Anomali yang terjadi di Yogyakarta, yang berhasil menurunkan incident rate di bawah standar dunia secara konsisten, ini ternyata disebabkan oleh implementasi program penelitian Wolbachia dari teman-teman kita di UGM," kata Budi Gunadi Sadikin dikutip ANTARA, Rabu, 29 November.
Ia mengatakan insiden rate dengue di Indonesia terus menjauh dari standar dunia sejak 1968, walaupun intervensi seperti fogging atau pengasapan, larvasida/abate, hingga 3M Plus telah dicoba.
Insiden rate dengue di Indonesia saat ini berada pada angka 28,5 per 100.000 populasi. Bahkan, angka tersebut di Yogyakarta pernah menyentuh 300 sampai 400 per 100.000 populasi, kata Budi menambahkan.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes RI melaporkan laju kasus dengue di Indonesia rata-rata mencapai 74.000 hingga 140.000 per tahun.
Kasus dengue pada Januari hingga November 2023 mencapai 76.449 pasien dengan 571 kasus kematian.
Angka itu berhasil ditekan hingga separuh dari capaian kasus di 2022 sebanyak 143.300 pasien dengan 1.236 kematian, berkat intervensi pengasapan, larvasida, pemakaian kelambu, 3M plus, hingga Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik.
"Bila kita ingat kematian anak di gagal ginjal akut berjumlah 200an orang, sedih rasanya melihat ribuan kematian anak-anak karena dengue. Maka kita tiru suksesnya Yogyakarta menyelamatkan nyawa anak-anak mereka," katanya.
BACA JUGA:
Budi mengatakan pemerintah telah memutuskan untuk menerapkan program wolbachia dalam menekan replikasi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
"Kebanyakan anak-anak yang wafat setiap tahun karena dengue. Kami menerapkan program wolbachia yang sukses di Yogyakarta," katanya.