Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan intervensi demam berdarah dengue (DBD) dalam 50 tahun terakhir di Indonesia belum berhasil menekan angka kasus hingga ambang batas minimal frekuensi global.

"Penanggulangan selama 50 tahun terakhir, pemerintah sudah melakukan segala macam intervensi dan program, menghabiskan mungkin ratusan miliar sampai triliunan rupiah, tetapi kasus DBD tidak turun-turun," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR terkait Wolbachia dilansir ANTARA, Selasa, 28 November.

Ia mengatakan program yang dilakukan dalam kurun waktu tersebut meliputi intervensi lingkungan, vektor, dan manusia.

Intervensi lingkungan dilakukan dengan cara mengurangi habitat larva seperti pembangunan pipa air, menguras, membersihkan, dan daur ulang wadah air.

Bentuk intervensi pada vektor dilakukan dengan cara penyemprotan zat kimia pembunuh larva, dan penggunaan zat kimia pembunuh nyamuk dewasa menggunakan pengasapan.

Sedangkan intervensi pada manusia dilakukan dengan cara mengubah perilaku dan tempat tinggal manusia, hingga pemberian vaksinasi dengue.

Bentuk intervensi tersebut, kata Budi, belum berdampak optimal menekan angka kasus hingga menyentuh standar insiden rate dengue atau frekuensi kesakitan sesuai panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 10 per 100 ribu kasus dari total populasi.

"Selama 50 tahun terakhir kita melakukan intervensi tetapi kenyataannya kasus tidak turun-turun. DBD kita tinggi banget dari batas WHO," katanya.

Budi mengatakan frekuensi kesakitan DBD di Indonesia saat ini berada pada angka 28,5 per 100.000 populasi. Bahkan, angka tersebut di Yogyakarta bisa mencapai 300 sampai 400 per 100.000.

"Kita tidak pernah sentuh angka 10 per 100.000. Segala macam program yang sepuluh Menkes sebelumnya sudah lakukan, tetapi tidak menurunkan kasus," katanya.

Budi memperkenalkan metode terbaru berupa inovasi nyamuk ber-Wolbachia yang dapat menurunkan replikasi virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti, sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue.