Bagikan:

TANGERANG – RE (38), ibu tiri terduga pelaku penganiayaan anak di Tangerang, mengaku dirinya merasa tidak pernah melakukan kekerasan terhadap anaknya yang berusia 4 tahun, R. Di hadapan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), RE mengatakan jika luka di kepala anaknya itu dikarenakan terjatuh.

Pantauan VOI di rumah terduga pelaku di Kompleks LP, Babakan, Kota Tangerang, Senin, 20 November, RE terlihat baru pulang kerja. Kemudian dia diajak duduk bersama dengan Ketua Komnas PA, Lia Latifah dan Youtuber Pratiwi Noviyanthi untuk dimintai klarifikasi.

Dalam percakapan itu Lia bertanya kepada RE terkait luka yang ada di kepala anaknya tersebut, yang diduga karena dibentukan kepala ke lantai.

“Ini lukanya di kepalanya kenapa?,” kata Lia

“Itu karena jatuh, saya engga tahu telah difitnah dia (korban) karena dijedotin ke lantai,” jawab RE.

Mendengarkan pernyataan itu, YouTuber Pratiwi Novi ikut berkomentar. Dia ratiwi mengatakan bila korban mengaku telah dibenturkan (dijedoti) kepalanya ke lantai.

“Ibu, saya tuh sudah tanya IR (korban), jawaban dia konsisten dan selalu bilang kepalanya dijedotin ke lantai,” ucapnya.

Setelah itu Pratiwi juga menanyakan terkait luka dibadannya. Pasalnya berdasarkan pengakuan korban, dia dicubit dengan kuku secara terus menerus.

“Dia bandel. Makanya saya cubit,” ucapnya RE.

“Ini luka cubit sekujur tubuhnya loh, ibu sadarkan. Kalau menurut ibu itu bandel, kenapa disekujur tubuh, bukan hanya satu-dua titik,” jawab Pratiwi.

IR (4) diduga dianiaya oleh ibu tirinya, RE (38) hingga mengalami luka pendarahan. Bowo selaku Ketua RT setempat membenarkan adanya kejadian tersebut. Parahnya lagi, penganiayaan itu diketahui ayah kandungnya, BA (38).

“Dia (pelaku) baru tinggal di lingkungan saya baru sebulan. Korban dianiaya dijedotin kepalanya ke lantai sampe pendarahan. Ayahnya sebenernya tau, cuma dia diem saja,” kata Bowo kepada VOI, Minggu, 19 November.

Bowo juga mengatakan bila tetangga sekitar kerap mendengarkan jeritan korban. Namun, warga tidak ada yang mengambil tindakan, karena merasa tidak ingin ikut campur dengan keluarga tersebut.

“Warga tau, jadi sering denger teriakan-teriakan dari korban. Cuma pada diem aja, karena pada engga kenal keluar itu. Kalau kata warga, korban sering teriak-teriak kesakitan,” ucapnya.