JAKARTA - Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan merespons pengakuan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang kubunya mendapat tekanan dari pihak tertentu selama tahapan Pilpres 2024.
Menurut Anies, bila ada tekanan yang dirasakan oleh elite politik atau pun pihak terkait dalam pilpres masih tak lebih berat dibanding tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat.
"Tekanan apapun yang kita harus lewati tidak ada artinya dibandingkan tekanan yang sedang dihadapi oleh rakyat hari ini. Tekanan sulitnya lapangan pekerjaan, tekanan mahalnya kebutuhan pokok, tekanan ketika kesulitan membayar tagihan ketika sakit. Itu semua tekanan-tekanan yang luar biasa," kata Anies di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Minggu, 19 November.
Kalaupun para capres-cawapres, partai politik, maupun semua pihak yang mengikuti kontestasi di pemilu merasakan tekanan, Anies menilai hal itu merupakan bagian dari perjuangan.
"Hadapi saja. Yang namanya perjuangan pasti ada tantangan. Ikhtiar melakukan perubahan pasti ada yang tidak ingin perubahan. Itu konsekuensi logis yang harus dihadapi," ucap Anies.
Lebih lanjut, Anies mengaku dirinya juga belum menjalin komunikasi dengan PDIP maupun pihak pasangan capres-cawapres Ganjar-Mahfud khusus membahas tekanan tersebut.
"Kalau saya enggak ada (pembahasan), ya," lanjutnya.
Sebelumnya, Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto, mengatakan tekanan terhadap tim maupun mereka yang menyuarakan kebenaran di Pilpres 2024 sudah mulai dirasakan.
Hal ini disampaikan Hasto di sela Konsolidasi Nasional TPN Ganjar-Mahfud di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh ribuan Tim Pemenangan Daerah (TPD) karena sekaligus menyiapkan berbagai strategi.
“Tekanan ada, apalagi ini juga berkaitan, ya. Kalau kita lihat konstitusi saja bisa diintervensi, padahal lembaga yudikatif, apalagi yang lain," kata Hasto kepada wartawan, Sabtu, 18 November.
Hasto kemudian memerinci sejumlah intimidasi terhadap mereka yang bersuara. Di antaranya, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya yang memotret fakta elektabilitas Ganjar-Mahfud meninggi dan pegiat media sosial Ulin Ni'am Yusron.
Kemudian, dari partai berlambang banteng ada juga yang mendapat tekanan yaitu, Adian Napitupulu. "Jadi, berbagai sinyal-sinyal itu sudah ada,” tegas Sekjen PDIP tersebut.
“Tetapi bagi kami ketika politik itu digerakkan pada keyakinan untuk masa depan bangsa dan negara, dan berakar kuat pada sejarah bagaimana kekuasaan itu untuk rakyat, bagaimana reformasi memang untuk menggelorakan semangat antikolusi, nepotisme, dan korupsi," sambungnya.
Lagipula, beragam tekanan ini tak membuat pendukung Ganjar-Mahfud dan penyuara kebenaran, takut.
"Buktinya rakyat memberikan dukungan. Ketika ada tekanan pencopotan baliho Pak Ganjar-Prof Mahfud, rakyat menyediakan rumahnya. Ini, kan, the essence of people movement. Ini yang kemudian nampak berbeda dengan yang lain," ujar Hasto.
BACA JUGA:
Hasto mengungkap sudah ada diskusi dengan tim pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang mengalami tekanan serupa. Kedua kubu disebut sepakat untuk menjaga demokrasi yang berjalan, khususnya di tengah Pilpres 2024.
"Kami juga membangun komunikasi dengan AMIN karena merasakan hal yang sama. Sehingga inilah yang kemudian kami luruskan supaya demokrasi berada di koridornya, demokrasi berada pada rakyat yang mengambil keputusan bukan pada elite dan itu harus dibangun suatu narasi bagi masa depan," ungkapnya.