Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid diduga menyindir bakal Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka yang meminta para pendukungnya untuk 'senyumin aja' menanggapi banyaknya kritikan buntut putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Menurut Jazilul, jika perbuatan tercela seperti pelanggaran hukum hanya ditanggapi dengan senyuman maka berpotensi akan terulang kembali dikemudian hari.

Jazilul mulanya bicara soal pengalaman capres dan cawapres nomor satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (cak Imin) yang mendapat penolakan saat berkunjung ke suatu daerah. Khususnya Cak Imin, yang kala itu pernah ditolak untuk hadir dalam acara di Tanah laut karena adanya pemanggilan di KPK sebagai saksi kasus dugaan korupsi Kementerian Tenaga Kerja.

"Koalisi Perubahan, pak Anies dan pak Muhaimin, mungkin pers tau sendiri begitu pak Muhaimin deklarasi pergi ke tanah laut di sana ada penghadangan. Abis itu di seakan-akan dalam tanda kutip ada soal hukum dan lain-lain. Kita dituduh nggak akan bisa mendaftar karena banyak masalah. Eh ternyata di sisi lain ada yang bermain betul dengan hukum, bahkan konstitusi," ujar Jazilul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 16 November.

Jazilul menilai, adanya peristiwa 'bermain' dengan hukum tersebut membuat banyak orang kecewa dan nenganggap demokrasi Indonesia dalam keadaan yang kritis. Padahal, Pemilu 2024 diharapkan berlangsung dengan penuh kedamaian.

"Ini menjadi soal bahkan di gedung DPR, ada yang kemudian alarm di pencet, alarm demokrasi yang mau mati kata pak Masinton, pemerkosaan hukum itu dipencet. Ini menyangkut orang tertentu lho itu. Menyangkut nama di bakal calon presiden, wakil presiden. Nah itu menurut saya bayang-bayang ketidakdamaian itu jika memang, dari awal memang tidak clear, tidak clear, menurut saya itu clear," kata anggota Komisi III DPR itu.

"Kalau bahasa kita itu subhat, subhat itu nggak halal, nggak haram. Dan dia diremang-remang, dia dianggap haram nyatanya juga konstitusi membolehkan, dianggap halal kok produknya kok melalui produk di dalam ruang gelap, yang tercela, pelanggaran berat," sambungnya.

Menurut Wakil Ketua MPR itu, kalah atau menang akan menjadi preseden buruk dalam demokrasi di Indonesia. Di mana dalam era reformasi yang dulu digaungkan oleh mahasiswa anti KKN, yang termaktub dalam TAP MPR.

"TAP MPR itu drajatnya dibawah undang-undang dasar ada TAP MPR nomor 11 tahun 98 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. Itu juga nggak dianggap," katanya.

Jazilul lantas khawatir jika kritik tak ditanggapi dengan serius, maka akan berulang ke depan.

"Nah maksud saya, kalau kita dikritik, kalau kita diberi masukan, kita senyumin saja. Kita biarkan saja. Lho perbuatan tercela kalo disenyumin itu akan berulang-ulang. Jadi ini bukan soal disenyumin saja, terus seakan-akan didzalimi, lho kok berbalik-balik," pungkasnya.

Sebelumnya, Cawapres Gibran Rakabuming meminta para pendukungnya untuk tidak terlalu bereaksi bila ada fitnah ke dirinya. Ia mendorong pendukungnya untuk santai saja.

"Ya ini saya tekankan ke bapak ibu semua, teman-teman Koalisi Indonesia Maju. Ini kalau banyak serangan, banyak fitnah, banyak nyinyiran, didiamkan saja, disenyumin saja," kata Gibran di acara konsolidasi Koalisi Indonesia Maju (KIM) Sumatera Selatan di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumsel, Minggu, 12 November.