JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas dalam sebuah pernyataan menyalahkan Israel dan Amerika Serikat terkait serbuan terhadap rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.
Selain keduanya, Hamas juga menilai penyerbuan Rumah Sakit Al-Shifa oleh Israel merupakan kegagalan PBB dalam membela warga Palestina.
"Diamnya PBB serta pengkhianatan banyak negara dan rezim, tidak akan menghalangi rakyat Palestina untuk mempertahankan tanah mereka dan hak-hak nasional mereka yang sah," kata Hamas, melansir CNN 15 November.
Hamas juga mengatakan Amerika Serikat memberi 'lampu hijau' kepada Israel dengan mendukung narasi penggunaan RS Al-Shifa sebagai pusat komando dan kontrol kelompok militan tersebut.
"Kami menganggap pendudukan (Israel) dan Presiden Biden sepenuhnya bertanggung jawab atas serangan terhadap kompleks medis Al-Shifa," kata Hamas, dikutip dari Al Jazeera.
"Penerapan klaim palsu oleh Gedung Putih dan Pentagon bahwa perlawanan menggunakan kompleks medis Al-Shifa untuk tujuan militer, telah memberikan lampu hijau kepada pendudukan untuk melakukan lebih banyak pembantaian terhadap warga sipil," lanjut pernyataan itu.
Sebelumnya, militer Israel mengatakan pada Rabu pagi, mereka melakukan "operasi yang presisi dan tepat sasaran" terhadap dugaan pusat komando Hamas di bawah al-Shifa, tempat ribuan warga sipil berlindung.
Menurut staf medis, diperkirakan 650 pasien masih dirawat di rumah sakit. Sebanyak 5.000-7.000 warga sipil yang mengungsi terjebak di dalam halaman rumah sakit, terus-menerus diserang oleh penembak jitu dan drone Israel, menurut kementerian kesehatan.
BACA JUGA:
Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qudra mengatakan kepada Al Jazeera Arab, "hanya ada dokter, pasien dan pengungsi di dalam Al-Shifa. Kami tidak perlu takut atau menyembunyikan apa pun."
Setelah peringatan keras dari Amerika Serikat dan negara lain bahwa Al-Shifa harus dilindungi, Israel mengatakan serangan itu dilakukan berdasarkan "kebutuhan operasional".