Gedung Putih Sebut Punya Informasi Hamas Gunakan RS, Tetap Minta Israel Lindungi Warga Sipil

JAKARTA - Gedung Putih pada Hari Selasa mengatakan, pihaknya memiliki informasi intelijen mengenai penggunaan RS Al Shifa di Gaza untuk menjalankan operasi militernya dan mungkin untuk menyimpan senjata, menyebut itu tidak mengurangi kewajiban Israel melindungi warga sipil.

"Kami mempunyai informasi yang menegaskan bahwa Hamas menggunakan rumah sakit tersebut untuk komando dan kendali dan mungkin untuk menyimpan senjata," kata juru bicara keamanan nasional John Kirby kepada wartawan di atas pesawat Air Force One, melansir Reuters 15 November.

"Itu adalah kejahatan perang," tandasnya.

Lebih jauh dia mengatakan, Amerika Serikat mendapat informasi Hamas dan Jihad Islam Palestina menggunakan beberapa rumah sakit di Jalur Gaza, termasuk Al Shifa, untuk menyembunyikan atau mendukung operasi militer mereka dan untuk menyandera.

Dia mengatakan, kelompok-kelompok tersebut juga siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas tersebut.

Informasi tersebut berasal dari berbagai metode intelijen, kata Kirby, seraya menambahkan Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menurunkan tingkat klasifikasi beberapa data pada Hari Selasa, sehingga dapat menyampaikan kesimpulannya kepada wartawan.

Kendati demikian, Kirby menggarisbawahi bahwa tindakan Hamas di rumah sakit tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk melindungi warga sipil, namun mengakui tindakan tersebut membuat upaya Israel untuk membasmi Hamas menjadi lebih rumit.

"Untuk lebih jelasnya, kami tidak mendukung penyerangan ke rumah sakit dari udara. Kami tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah, orang-orang yang tidak berdaya, orang-orang yang sakit hanya berusaha mendapatkan perawatan medis yang layak mereka dapatkan," papar Kirby.

"Kami sudah jelas dalam beberapa kesempatan, tindakan Hamas tidak mengurangi tanggung jawab Israel untuk melindungi warga sipil di Gaza, dan ini adalah sesuatu yang akan terus kami diskusikan secara aktif dengan rekan-rekan kami," tambahnya.

Pasukan Israel telah mengepung rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza, rumah sakit terbesar di wilayah tersebut, yang menurut mereka terletak di atas markas bawah tanah militan Hamas.

Kelompok militan tersebut membantah tudingan itu, mengatakan 650 pasien dan 5.000-7.000 warga sipil lainnya terjebak di dalam halaman rumah sakit, di bawah tembakan penembak jitu dan drone.

Dikatakan, sekitar 40 pasien telah meninggal dalam beberapa hari terakhir, termasuk tiga bayi prematur yang inkubatornya rusak.

Terpisah, seorang pejabat Hamas di Beirut mengatakan 25 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak dapat digunakan karena serangan Israel. Nasib RS Al Shifa khususnya telah menjadi fokus kekhawatiran internasional, termasuk dari sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat.

Israel membantah rumah sakit tersebut dikepung dan mengatakan pasukannya mengizinkan jalan keluar bagi mereka yang berada di dalamnya. Namun, petugas medis dan pejabat di dalam rumah sakit menyangkal hal ini, mengatakan mereka yang mencoba keluar akan mendapat kecaman.